DP3AP2KB Cimahi Libatkan Guru dan Orang Tua Cegah Kekerasan Anak di Sekolah

DP3AP2KB Cimahi Libatkan Guru dan Orang Tua Cegah Kekerasan Anak di Sekolah

DP3AP2KB Cimahi Libatkan Guru dan Orang Tua Cegah Kekerasan Anak di Sekolah--(Sumber Gambar: ilustrasi/Freepik)

“Kalau bicara pengawasan dalam Sekolah Ramah Anak, itu sudah diatur dalam standarisasinya. Tenaga pendidik tentu termasuk di dalamnya, tetapi juga ada peran orang tua, wali murid, komite sekolah, bahkan lingkungan sekitar. Semua memiliki tanggung jawab moral dan sosial dalam mewujudkan sekolah yang aman dan ramah anak,” ujarnya.

Menurut Neneng, konsep Sekolah Ramah Anak tidak bisa hanya dibebankan kepada satu instansi. Pihaknya mendorong agar pendekatan pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, dunia pendidikan, masyarakat, dunia usaha, dan media bisa dijalankan secara sinergis dan berkesinambungan.

“Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak itu harus menyeluruh. Tidak bisa hanya dari DP3AP2KB saja atau Dinas Pendidikan saja. Makanya kami dorong kolaborasi lintas sektor, pentahelix-nya harus jalan. Semua komponen harus terlibat aktif,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Neneng juga menyoroti pentingnya peran orang tua dalam membangun komunikasi dan pola asuh positif di rumah. Menurutnya, orang tua adalah benteng pertama dalam pencegahan kekerasan terhadap anak. 

"Kita juga perlu terus melakukan edukasi dan penyuluhan tentang pola parenting yang sehat. Karena sering kali kekerasan bermula dari kurangnya pemahaman orang tua dalam mengelola emosi atau cara mendidik anak,” cetus Neneng.

Kegiatan Pendampingan Sekolah Ramah Anak ini diharapkan tidak hanya menjadi agenda formal, melainkan gerakan moral yang berkelanjutan. 

Para guru dan tenaga pendidik peserta kegiatan ini juga diajak untuk menjadi agen perubahan yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai ramah anak dalam seluruh aktivitas belajar mengajar.

“Semoga dengan kegiatan ini, kesadaran kita semua semakin kuat bahwa anak-anak berhak atas lingkungan belajar yang aman, penuh kasih, dan menghargai martabatnya sebagai manusia,” tutup Neneng. (Mong)

Sumber: