DPR RI Sebut Perlu Kajian Mendalam Sebelum Serangga Dijadikan Lauk dalam Program MBG

DPR RI Sebut Perlu Kajian Mendalam Sebelum Serangga Dijadikan Lauk dalam Program MBG

Anggota Komisi IX DPR RI Alifudin. --ANTARA/HO-Humas DPR

RADAR JABAR - Anggota Komisi IX DPR RI, Alifudin, menegaskan bahwa usulan penggunaan serangga sebagai lauk dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) harus melalui kajian mendalam sebelum diterapkan.

Ia menyampaikan bahwa usulan yang menuai pro dan kontra ini perlu dipertimbangkan secara cermat agar tidak berdampak negatif pada masyarakat, terutama anak-anak sebagai sasaran utama program tersebut.

“Kebiasaan makan setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang sudah terbiasa dengan makan serangga di beberapa daerah tertentu, namun banyak juga yang merasa jijik dan tidak mau memakannya. Perasaan tidak nyaman ini harus dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan agar tujuan program untuk menciptakan pola makan bergizi tetap tercapai tanpa menimbulkan penolakan,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis (30/1)

Alifudin menekankan bahwa kebijakan terkait makanan dalam program ini harus mempertimbangkan keberagaman budaya dan kebiasaan makan di Indonesia. Ia menilai bahwa di banyak daerah yang tidak terbiasa mengonsumsi serangga, ide tersebut mungkin sulit diterima.

BACA JUGA:Prabowo Pimpin Langsung Pembongkaran Pagar Laut Ternyata Video Lama

BACA JUGA:Jasamarga Metropolitan Tollroad Regional Catat Lonjakan Lalu Lintas di Akhir Libur Panjang

“Tidak semua daerah di Indonesia memiliki kebiasaan atau tradisi memakan serangga. Setiap daerah memiliki ciri khas kuliner yang telah berkembang sesuai dengan nilai budaya dan kebiasaan makan masyarakat setempat,” ujarnya.

Selain itu, ia mengingatkan bahwa tidak semua serangga aman atau layak dikonsumsi.

“Tidak semua serangga dapat dimakan. Beberapa jenis serangga mengandung racun atau patogen yang dapat membahayakan kesehatan, terutama jika tidak diproses dengan benar,” tuturnya.

Oleh karena itu, ia menekankan bahwa pemilihan serangga yang aman untuk dikonsumsi harus didasarkan pada penelitian mendalam agar tidak menimbulkan masalah kesehatan baru.

Lebih lanjut, Alifudin juga menyoroti pentingnya memperhatikan aspek psikologis dan preferensi anak-anak dalam mempertimbangkan konsumsi serangga. Menurutnya, pengenalan serangga sebagai lauk dalam program ini harus dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan hanya sebagai solusi instan.

“Pendidikan tentang pentingnya asupan gizi yang beragam dan seimbang jauh lebih penting daripada sekadar mengganti lauk dengan serangga,” katanya.

BACA JUGA:Bhumi ATR/BPN Implementasikan Keterbukaan Informasi Publik yang Mendapat Apresiasi Internasional

BACA JUGA:Menko AHY Terlibat Koordinasi Ketat dengan Menteri ATR Terkait Pagar Laut Tangeran

Sumber: antara