4 Alasan Nyata Mengapa Menonton Sinetron Membuat Kita Makin Bodoh
Menonton Sinetron Membuat Bodoh-Ist-
Indonesia sebenarnya mampu dan bisa membuat tayangan TV yang bagus. Contohnya, banyak TV series Indonesia yang tayang di platform streaming berbayar seperti Netflix, dan hasilnya sangat baik, dengan banyak peminat. Jadi, masalahnya bukan pada kemampuan, tetapi lebih kepada keengganan untuk membuat tayangan berkualitas. Ini menjadi masalah besar bagi masyarakat Indonesia, karena kualitas tayangan yang seadanya tersebut berdampak pada kemampuan berpikir kritis penontonnya.
Sebenarnya, kemampuan otak untuk menangkap informasi, persepsi, pemahaman, dan pengambilan keputusan, yaitu kemampuan kognitif. Hal ini sering kali dikaitkan dengan IQ atau tingkat kecerdasan seseorang.
Cara untuk meningkatkan kemampuan kognitif adalah dengan memaksimalkan penggunaan otak, seperti berpikir kritis, bernalar, menghafal, dan berkarya.
Namun, bagaimana otak bisa digunakan untuk berpikir dan bernalar jika tontonan yang disajikan berkisar tentang cerita si kaya yang jatuh cinta dengan si miskin, yang tersakiti namun pasti akan bahagia, atau plot yang diulang-ulang dengan karakter yang tidak berkembang?
Cerita yang tidak jelas alurnya, karena terus ditambah-tambahkan dengan episode-episode baru. Bahkan, ketika tokoh utamanya sudah meninggal, sinetronnya masih tayang. Semua itu tidak memberikan stimulasi bagi penonton untuk berpikir kritis.
Dengan adanya sinetron yang plot-nya berulang-ulang dan dikonsumsi setiap hari selama bertahun-tahun, otak kita hanya digunakan sedikit. Akibatnya, seperti tubuh yang tidak terlatih, otak yang jarang digunakan untuk berpikir keras akan melemah.
Hal ini berdampak pada penurunan kemampuan berpikir kita, yang akhirnya menurunkan kemampuan kognitif. Akibatnya, kemampuan menyerap informasi menjadi rendah, kita jadi tidak bisa berpikir kritis, dan pada akhirnya menjadi bodoh.
3. Minim Pesan Moral
Belum lagi masalah lain yang ditimbulkan oleh sinetron, yaitu kualitas ceritanya yang minim pesan moral. Ketika penonton sering menonton sinetron dengan konsep yang sama, mereka bisa terpengaruh dan mulai percaya bahwa apa yang ditampilkan di sinetron tersebut adalah kenyataan.
Hal ini dapat membuat pandangan hidup seseorang menjadi sempit. Contohnya, seperti dulu saat sinetron Anak Jalanan sangat populer, banyak geng motor yang beranggapan bahwa bergabung dengan geng motor itu keren. Atau, karena terlalu sering menonton sinetron dengan tema azab, setiap kali ada yang berbuat jahat, bukannya ditegur, malah disumpahi untuk menerima azab.
Ini tentu berbahaya jika seseorang sudah terpengaruh sedemikian rupa. Jadi, sinetron di TV Indonesia saat ini, jika dikonsumsi terus-menerus tanpa diimbangi dengan kegiatan yang merangsang otak, tidak hanya mengganggu kinerja otak, tetapi juga memengaruhi cara berpikir seseorang.
Jika kita melihat tren saat ini, banyak TV series berkualitas bagus yang datang dari negara-negara yang telah dianggap maju, seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Negara-negara ini berhasil mengembangkan industri televisi mereka dengan memproduksi konten yang tidak hanya menghibur, tetapi juga berkualitas tinggi dan mengandung nilai-nilai yang mendidik.
BACA JUGA:Mengapa Orang Bodoh Selalu Dipelihara di Indonesia? Ini 5 Alasannya
BACA JUGA:13 Perilaku Ini Bisa Membuatmu Terlihat Bodoh di Depan Orang Lain
Mungkin saja, jika kita dapat memproduksi sinetron dengan kualitas yang setara dengan TV series dari luar negeri dan menayangkannya di televisi kita, kita bisa secara perlahan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Seperti yang kami katakan sebelumnya, tayangan yang merangsang otak dan meningkatkan kemampuan kognitif akan berpengaruh pada peningkatan kecerdasan seseorang. Selain itu, tayangan televisi yang baik juga dapat menginspirasi penonton, memberikan wawasan baru, dan mendorong kreativitas.
Sumber: