Kenali 6 Bahaya Chat GPT Sebelum Kamu Kecanduan dengan Aplikasi AI Ini

Kenali 6 Bahaya Chat GPT Sebelum Kamu Kecanduan dengan Aplikasi AI Ini

Bahaya ChatGPT-RJ-

Saran kami adalah menggunakan AI secukupnya. Meski AI memiliki manfaat, pengaruh buruknya juga tidak bisa diabaikan. Pastikan untuk tetap mengutamakan interaksi langsung dengan manusia dan gunakan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti. Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan teknologi ini tanpa mengorbankan kualitas hubungan sosial dan kesehatan mental kita.

5. Deep fake

Jika ChatGPT sampai digunakan untuk "pacaran," kira-kira apa lagi yang dapat dilakukan oleh aplikasi ini? Pada dasarnya, penggunaannya tetap berpusat pada komunikasi berbasis teks. Namun, yang membedakan adalah potensi penggunaannya sebagai alat deepfake. Dalam kasus ini, AI akan mempelajari gaya komunikasi seseorang, kemudian menirunya dengan sangat akurat untuk mengelabui targetnya.

Jika digunakan hanya untuk bercanda atau mengerjai teman, mungkin tidak masalah. Namun, bayangkan jika situasinya berbeda, dan yang melakukan adalah seorang penipu. Akun Instagram yang diretas bisa menjadi sasaran empuk. Penipu dapat berpura-pura meminjam uang dari teman-teman dekat pemilik akun, misalnya dengan meminta Rp100.000 secara mendesak.

Ada juga modus yang lebih kompleks, seperti menargetkan influencer yang sering membahas keuangan dan memiliki banyak pengikut. Jika penipu menggunakan AI untuk meniru gaya bicara atau perilaku influencer, mereka dapat meminta pengikutnya mentransfer uang, membuka akun, atau memberikan data pribadi. Dalam situasi seperti ini, risiko kehilangan uang atau data sangat tinggi.

Bahkan, Ridwan Hanif pernah menjadi korban. Videonya diedit menggunakan AI sehingga terlihat seperti membahas sesuatu yang sebenarnya tidak pernah ia sampaikan. Konteks asli dari video tersebut sangat berbeda dari apa yang ditampilkan oleh deepfake.

BACA JUGA:5 Teknologi Masa Depan Ini Akan Muncul Pada Tahun 2025

BACA JUGA:PLN Icon Plus Tampilkan Inovasi Masa Depan ICONNEXT di Electricity Connect 2024

Karena itu, penting untuk selalu waspada. Jika seseorang tiba-tiba membahas sesuatu yang tidak sesuai dengan kebiasaannya, kita perlu curiga dan jangan langsung percaya. Hal yang sama berlaku untuk tautan yang terlihat mencurigakan. Jangan asal klik tautan tersebut. Sebaiknya langsung hapus agar tidak sengaja tertekan.

6. Penyimpangan

Pada akhirnya, penggunaan ChatGPT sangat bergantung pada penggunanya. Jika digunakan dengan benar, teknologi ini dapat memberikan manfaat besar. Namun, jika digunakan secara tidak bertanggung jawab, justru bisa menjadi sangat berbahaya. Bahkan kesalahan pengetikan sederhana dapat menghasilkan informasi yang salah, apalagi jika membahas topik sensitif. Hal ini dapat menyebabkan penyimpangan, diskriminasi, atau bahkan konflik terhadap kelompok tertentu.

Poin-poin yang dibahas di Telkom University sangat relevan, terutama poin pertama dan ketiga. Kita semua sepakat bahwa AI mampu melakukan berbagai hal karena telah menyerap banyak informasi untuk menjawab kebutuhan pengguna.

Namun, bagaimana jika teknologi ini justru digunakan untuk menciptakan virus atau merusak sistem? Saat ini, hacker masih memiliki keterbatasan, seperti kebutuhan untuk beristirahat dan menguji aplikasi buatan mereka. Dengan AI, semua itu bisa terjadi tanpa henti, karena AI tidak memerlukan istirahat dan mampu menganalisis kelemahan dalam sistem jaringan secara terus-menerus. Bukankah ini berpotensi mengancam aktivitas banyak orang jika dimanfaatkan oleh pihak yang berniat merusak?

Poin ketiga juga menarik. Cepat atau lambat, AI sudah mulai dimanfaatkan, bahkan dalam konteks ujian. Tidak menutup kemungkinan, AI juga akan digunakan untuk melamar pekerjaan. Oleh karena itu, para HRD perlu lebih waspada agar tidak tertipu dan merekrut individu yang tidak sesuai. Apakah mungkin ada kasus seperti ini yang pernah terjadi? Jika kalian memiliki pengalaman, ceritakanlah!

Penggunaan ChatGPT memang cukup dilematis. Jika digunakan sembarangan, risikonya tinggi. Namun, jika tidak dimanfaatkan, potensi besar dari teknologi ini menjadi sia-sia. Bahkan, berdasarkan laporan Liputan 6, beberapa negara telah mulai melarang penggunaannya. Alasannya pun sama seperti yang telah dibahas: kekhawatiran terhadap privasi, penyebaran informasi yang tidak benar, dan penyalahgunaan aplikasi ini.

Menurut kami, AI sebaiknya hanya menjadi alat pelengkap, bukan sesuatu yang digunakan secara berlebihan hingga menciptakan ketergantungan. Jangan sampai manusia kehilangan kemandirian dalam berpikir. Meski AI terlihat seperti saingan manusia, kita tidak boleh melupakan bahwa kita memiliki otak. Gunakan AI untuk mencari informasi yang tidak kita ketahui. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, olah informasi tersebut sendiri agar kemampuan berpikir kritis tetap terasah.

Sumber: