Apa Benar Suku Jawa Itu Hama? Mari Kita Telusuri Sumber Kerusakannya
Penyebab Suku Jawa Dianggap Hama-Ist-
Fenomena ini menimbulkan kritik dari banyak netizen yang kesal dengan tingkah laku orang-orang tersebut yang jelas merugikan pihak toko. Bahkan, tidak sedikit netizen yang menyebut anggota klub motor tersebut sebagai "hama" karena perilaku mereka yang merugikan.
Sayangnya, ketika ada fenomena memalukan seperti ini, selalu ada saja orang yang mengaitkannya dengan suku tertentu, yang akhirnya berujung pada penghinaan terhadap suku tersebut. Yang lebih parah lagi, berita ini bahkan tersebar hingga ke luar negeri, dan ada akun di X yang mengkritik negara kita karena fenomena memalukan tersebut.
Selain sound horeg dan klub motor, sebenarnya masih banyak fenomena-fenomena meresahkan yang terjadi di Pulau Jawa, bahkan beberapa di antaranya sampai menjelekkan suku Jawa itu sendiri. Fenomena tersebut meliputi tindakan oknum pemuka agama, perguruan silat, dan berbagai hal lainnya yang kebetulan terjadi di Pulau Jawa.
3. Perilaku Kriminal Kelompok Perguruan Silat
Untuk perguruan silat, sebenarnya tidak ada yang salah dengan silatnya. Justru, silat adalah tradisi yang baik untuk melestarikan budaya Indonesia. Namun, yang menjadi masalah bukanlah seni bela diri itu sendiri, melainkan beberapa oknum yang merasa hebat hanya karena tergabung dalam perguruan silat tersebut.
Oknum-oknum ini merasa lebih superior hanya karena mereka menjadi anggota sebuah kelompok bela diri, yang menciptakan mentalitas bahwa mereka lebih hebat dari orang lain.
Menungkap Sumber Kerusakan Mental Suku Jawa
Sumber masalah dari fenomena ini salah satunya adalah mentalitas fanatik masyarakat yang masih kuat. Ketika seseorang menyukai suatu hal, mereka cenderung menikmatinya secara berlebihan, seolah-olah hanya ada mereka dan orang-orang yang memiliki minat yang sama.
Misalnya, dalam kasus sound horeg, mereka mengasumsikan bahwa semua orang di sekitar mereka menyukai tradisi tersebut, padahal kenyataannya banyak orang yang justru merasa dirugikan.
Kami paham bahwa hobi ini dilakukan dengan uang pribadi mereka, tetapi fenomena ini juga berdampak buruk pada citra suku Jawa, bahkan berujung pada rasisme. Masalahnya, fenomena ini tidak hanya menjadi ejekan bagi pelaku terkait, tetapi juga menyeret suku Jawa secara keseluruhan.
Orang-orang yang berasal dari suku Jawa, namun tidak terlibat dalam fenomena tersebut, merasa kesulitan menjelaskan bahwa tidak semua orang Jawa seperti itu. Akibatnya, fenomena yang dilakukan oleh beberapa orang ini berujung pada rasisme yang ditujukan kepada seluruh suku Jawa, padahal sebenarnya tidak ada kaitannya dengan suku apapun.
BACA JUGA:5 Makanan Khas Suku Batak yang Ga Kalah Lezat dan Menggugah Selera, Wajib Dicoba!
BACA JUGA:Konflik Antar Suku di Somalia Picu 150.000 Orang Mengungsi Sejak Awal 2024
Memang, ketika kecintaan seseorang terhadap suatu hal berubah menjadi fanatisme, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri, tetapi juga oleh orang-orang di sekitar mereka. Kami baru-baru ini sempat melihat salah satu komentar di Quora, di mana seseorang bercerita tentang pengalamannya dihujat karena tidak mau ikut menghadiri sebuah pengajian, meskipun ia memiliki alasan tertentu.
Walaupun kita tidak bisa menjadikan ini sebagai bukti yang kuat untuk merepresentasikan semuanya, setidaknya kita bisa memahami bahwa hal-hal seperti itu memang ada.
Selanjutnya, salah satu penyebab fenomena ini bisa jadi adalah karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari tradisi komunitas masyarakat.
Meskipun banyak orang yang tidak suka dengan sound horeg dan sejenisnya, di sisi lain ada juga orang-orang yang menyukainya, bahkan telah membentuk komunitas untuk orang-orang yang memiliki minat yang sama. Selagi peminatnya masih banyak dan tidak ada regulasi yang melarang, sangat memungkinkan hal tersebut terus terjadi.
Sumber: