7 Kebohongan Tentang Natal yang Banyak Dipercaya Umat Kristen
Kebohongan Tentang Natal-Ilustrasi/Pixabay-
BACA JUGA:5 Kue Tradisional yang Wajib Ada Saat Natal di Berbagai Negara
BACA JUGA:5 Aktivitas Seru Menjelang Natal Bersama Anak
Selain itu, penggambaran Natal yang populer sering kali memadatkan cerita, seolah-olah tiga orang majus tiba di Betlehem tepat pada hari Natal. Padahal, tradisi gereja menempatkan kunjungan mereka 12 hari setelah Natal. Peringatan resmi kedatangan mereka dikenal sebagai Hari Tiga Raja atau Epifani, salah satu hari raya tertua dalam agama Kristen.
Gereja Katolik Roma merayakan Epifani pada 6 Januari, sedangkan gereja Kristen Ortodoks merayakannya pada 19 Januari. Dengan demikian, gambaran umum tentang tiga raja dalam tradisi Natal sebenarnya merupakan hasil interpretasi budaya, bukan fakta sejarah atau Alkitabiah.
7. Perang Tentang Natal Tidak Nyata
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, pandangan antisemitisme berkembang di Amerika. Pada masa itu, dengan meningkatnya imigrasi dari Eropa, jutaan orang Yahudi tiba di AS.
Di tengah-tengah perubahan sosial ini, berbagai stereotip negatif terhadap orang Yahudi muncul, seperti tuduhan bahwa mereka "membunuh Kristus," "tidak mau menerima kebenaran Kekristenan," atau "memanfaatkan perang untuk keuntungan finansial."
Ketegangan ini menciptakan asumsi bahwa ada konflik budaya antara tradisi Kristen, termasuk Natal, dan kelompok-kelompok lain, termasuk orang Yahudi. Namun, gagasan tentang "perang liberal melawan Natal" yang sering dibahas tidak memiliki dasar yang nyata.
Isu ini benar-benar mendapatkan perhatian luas pada tahun 2005 melalui buku The War on Christmas karya John Gibson, yang mengklaim adanya upaya sistematis untuk menghapus elemen-elemen religius dari perayaan Natal. Meskipun begitu, tidak ada bukti yang mendukung bahwa "perang" seperti ini benar-benar terjadi, melainkan lebih merupakan konstruksi narasi politik dan sosial.
Sumber: