7 Kebohongan Tentang Natal yang Banyak Dipercaya Umat Kristen

7 Kebohongan Tentang Natal yang Banyak Dipercaya Umat Kristen

Kebohongan Tentang Natal-Ilustrasi/Pixabay-

Para dokter bahkan membenci mitos bahwa Natal memicu lebih banyak bunuh diri. Mitos ini dapat membuat tindakan bunuh diri terlihat seperti respons yang rasional terhadap kekecewaan, padahal hal itu sebenarnya merupakan dampak tragis dari penyakit mental yang tidak ditangani dengan baik.

3. Yesus Lahir pada Hari Natal

25 Desember bukanlah tanggal yang disebutkan dalam Alkitab sebagai hari kelahiran Yesus. Tidak ada perayaan kelahiran Yesus yang diadakan oleh gereja pada awalnya. Ada sejumlah catatan berbeda tentang bagaimana dan sejak kapan tanggal 25 Desember dikenal sebagai hari kelahiran Yesus.

Salah satu teori umum mengapa Natal dirayakan pada tanggal tersebut dijelaskan dalam The Golden Bough, sebuah studi perbandingan agama dan mitologi abad ke-19 yang ditulis oleh antropolog James Frazer. Menurut Frazer, sekitar tahun 200 M, orang Kristen Mesir menganggap 6 Januari sebagai tanggal kelahiran Yesus, sesuai tradisi mereka memperingati kelahiran Sang Juru Selamat.

Kemudian, pada akhir abad ke-3 atau awal abad ke-4, Gereja Barat—yang tidak mengakui tanggal 6 Januari—mengadopsi 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Yesus.

Dalam kalender Julian, tanggal 25 Desember juga dianggap sebagai titik balik matahari musim dingin dan dikaitkan dengan kelahiran "matahari." Seiring berjalannya waktu, Gereja Timur menerima keputusan ini, menjadikan 25 Desember sebagai tanggal yang diterima secara umum untuk perayaan Natal.

4. Segala Sesuatu Tentang Rusa

Rusa yang digambarkan menarik kereta Sinterklas sebenarnya adalah karibu, yang juga dikenal sebagai rusa kutub. Karibu berbeda dari rusa biasa yang sering digembalakan. Meski jelas karibu tidak dapat terbang, para ilmuwan mencatat bahwa mereka mampu berlari hingga kecepatan 80 km/jam.

Selain itu, karibu dikenal sebagai mamalia darat dengan migrasi terpanjang, melakukan perjalanan hingga 5.000 km dalam setahun, seperti yang didokumentasikan oleh IUCN.

Karibu juga sangat tahan terhadap hawa dingin. Alih-alih mengenakan mantel seperti manusia, mereka memiliki rambut berongga yang mampu menjebak udara, memberikan insulasi alami untuk tubuh mereka.

Mereka juga cenderung lebih diam, sehingga Sinterklas tidak perlu khawatir rusa kutubnya membangunkan anak-anak saat berkunjung ke rumah mereka.

5. Natal Adalah Ide Kristen

Alkitab tidak pernah secara eksplisit menyebutkan perayaan kelahiran Yesus Kristus, sehingga Natal mendapatkan popularitas dan tradisi baru seiring waktu. Faktanya, festival musim dingin sudah ada di berbagai belahan dunia sejak zaman kuno, dan banyak tradisi festival tersebut kemudian dikaitkan dengan Natal.

Pada Abad Pertengahan, Natal di Inggris adalah festival 12 hari yang meriah, melibatkan drama, pawai, dan pesta untuk merayakan kelahiran Yesus. Di sisi lain, Jerman berperan besar dalam memperkenalkan salah satu simbol ikonik Natal, yaitu pohon Natal, yang berasal dari tradisi Pagan mendekorasi cabang pohon.

Tradisi ini mulai populer di awal abad ke-19 ketika keluarga kerajaan Inggris yang memiliki asal-usul Jerman memasang pohon Natal, yang kemudian menjadi tren global. Pada tahun 1870, setelah Perang Saudara di Amerika Serikat berakhir, Kongres menetapkan Natal sebagai hari libur federal pertama di negara itu.

Saat gelombang imigrasi ke AS meningkat pada paruh kedua abad ke-19, para imigran membawa serta tradisi mereka sendiri, termasuk cerita tentang Sinterklas. Tradisi inovatif Amerika seperti bertukar hadiah dan makanan khas, seperti kue jahe, juga menambah semarak perayaan Natal yang kita kenal hingga saat ini.

6. Segala Sesuatu Tentang Tiga Raja

Banyak lagu Natal menyebut tentang tiga raja yang mengikuti sebuah bintang dan datang untuk memberi penghormatan kepada bayi Yesus di Betlehem. Namun, faktanya mereka tidak disebut sebagai raja dalam Alkitab, dan jumlah mereka pun tidak disebutkan. Sebaliknya, mereka hanya dikenal sebagai orang bijak dari Timur.

Hal ini mungkin terkait dengan tradisi istana di wilayah Timur, seperti Babel kuno dan Persia, di mana para astrolog terpelajar sering berperan sebagai penasihat imam dan mempraktikkan seni ramalan. Selama berabad-abad, tiga orang majus ini ditafsirkan sebagai raja, meskipun Alkitab tidak menyebut demikian.

Sumber: