8 Sisi Gelap Korea Selatan Ini Buat Banyak Orang Kaget
Sisi Gelap Korea Selatan-RJ-
BACA JUGA:8 Makanan Khas Korea yang Tidak Lazim untuk Dimakan
Selain properti, biaya hidup di Korea Selatan, seperti biaya makanan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari lainnya, terutama di kota besar seperti Seoul dan Busan, juga cukup tinggi. Kondisi ini membuat banyak orang, terutama mereka yang berpenghasilan rendah atau baru memulai karier, merasa sulit untuk menabung.
7. Menuhankan Kecantikan
Tekanan sosial lain yang cukup besar di Korea Selatan adalah terkait dengan standar kecantikan. Korea Selatan memiliki standar kecantikan yang sangat tinggi dan ketat, yang sering kali menimbulkan tekanan sosial, terutama di kalangan perempuan.
Banyak orang merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna, sehingga memicu lonjakan besar dalam industri kecantikan dan operasi plastik. Perasaan tidak puas terhadap penampilan fisik kerap menyebabkan rendahnya rasa percaya diri.
Tidak mengherankan, banyak individu, khususnya remaja dan wanita muda, merasa terdorong untuk menjalani operasi plastik demi memenuhi standar kecantikan yang dipaksakan oleh media dan masyarakat. Korea Selatan bahkan dikenal sebagai pusat industri kecantikan global yang menarik minat masyarakat lokal maupun internasional, termasuk dari Indonesia.
Berdasarkan data Korea Tourism Organization, pada tahun 2017 tercatat sebanyak 2.385 turis Indonesia datang ke Korea Selatan untuk keperluan medis, dan 35,7% di antaranya adalah untuk menjalani operasi plastik.
Selain itu, perkembangan teknologi dan media sosial yang pesat turut memperburuk tekanan sosial. Cyberbullying menjadi masalah serius di Korea Selatan, menyebabkan banyak orang merasa perlu menampilkan kehidupan yang sempurna di media sosial, termasuk dalam hal penampilan. Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan bagi individu untuk selalu tampil sesuai ekspektasi publik.
8. Budaya Minum Alkohol
Korea Selatan memiliki budaya minum alkohol yang sangat kuat, terutama dalam lingkungan kerja. Minum alkohol memegang peranan penting dalam kehidupan sosial dan profesional, didorong oleh etika serta kebiasaan tradisional yang mendalam.
BACA JUGA:Kelahiran Bayi di Korea Selatan Meningkat di Juli 2024, Namun Tantangan Demografi Masih Membayangi
BACA JUGA:13 Fakta Menarik Korea Selatan yang Belum Banyak Orang Tahu
Dalam budaya Korea, minum sering kali menjadi sarana untuk membuka diri dan mempererat hubungan, baik dalam pertemanan maupun lingkungan kerja.
Namun, tekanan untuk minum sering kali cukup tinggi, terutama di situasi kerja atau acara sosial tertentu. Banyak orang merasa sulit menolak tawaran minum dari rekan kerja atau atasan.
Hoesik, yaitu acara minum bersama yang diadakan oleh perusahaan setelah jam kerja, menjadi bagian penting dari budaya kerja Korea. Acara ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara rekan kerja dan atasan, sekaligus menunjukkan loyalitas kepada perusahaan.
Meskipun kehadiran di acara hoesik tidak diwajibkan secara resmi, partisipasi sering kali diharapkan. Selama acara, minuman biasanya terus dituangkan, dan ada tekanan sosial untuk minum lebih banyak. Menolak minum, meskipun tidak nyaman, kini mulai lebih diterima, terutama jika seseorang memilih untuk tidak mengonsumsi alkohol.
Budaya minum di Korea Selatan juga melibatkan tradisi minum malam dalam beberapa putaran. Putaran pertama biasanya dimulai di restoran atau bar dengan makan malam dan sedikit minuman, sementara putaran berikutnya biasanya pindah ke lokasi lain, seperti bar atau karaoke, dengan suasana yang lebih santai dan banyak minuman.
Sumber: