Makna Validasi Sosial dan Kompromi Bagi Gen Z
Makna Validasi Sosial dan Kompromi Bagi Gen Z-Ilustrasi/Unsplash-
RADAR JABAR - Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang yang mudah sekali terpengaruh oleh pandangan atau pendapat orang lain di sekitarnya, padahal pendapat tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang dia anut atau dukung?
Bahkan, kadang kala, dia justru dirugikan karena mengikuti pendapat orang lain tersebut. Banyak cerita tentang kompromi yang berujung pada penyesalan.
Seringkali orang merasa menyesal karena memilih untuk berkompromi dan tidak mengambil keputusan yang mungkin dapat membawa mereka menuju hasil yang lebih baik. Pertanyaannya adalah, dengan semua penyesalan dan kerugian yang ada, mengapa orang tetap saja berkompromi?
Dalam bukunya Collective Illusions, Todd Rose menjelaskan bahwa manusia, melalui proses evolusinya, mengembangkan insting untuk berkompromi. Mengapa bisa begitu? Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam kelompok.
Dalam kelompok, hubungan sosial, penerimaan sosial, dan validasi sosial sangat penting untuk kelangsungan hidup. Sebaliknya, jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan atau validasi sosial, kemungkinan besar dia akan kesulitan untuk bertahan hidup.
Misalnya, bayangkan jika seseorang tidak mengikuti norma atau apa yang dianggap benar oleh masyarakat sekitar, maka dia tidak akan mendapatkan validasi atau penerimaan sosial.
BACA JUGA:Gen Z, Yuk! Cegah Jam Koma dengan 5 Kebiasaan Baik Ini
BACA JUGA:Mengenal Doom Spending, Kebiasaan Boros yang Sering Dilakukan Gen Z dan Milenial
Salah satu konsekuensinya adalah dia bisa dicaci maki, dibuli, dipermalukan, atau bahkan dikeluarkan dari kelompok atau komunitasnya—istilahnya, seperti dicoret dari daftar keluarga.
Sekarang, bayangkan jika hal itu terjadi pada zaman dahulu, ketika kita hidup dalam kelompok kecil atau suku. Kemungkinan besar, orang yang tidak diterima oleh kelompok akan kesulitan bertahan hidup. Dia harus menghadapinya sendiri tanpa dukungan dari kelompok, yang tentu sangat sulit.
Dalam konteks seleksi alam yang terjadi selama generasi, populasi manusia akhirnya tersaring berdasarkan seberapa baik mereka diterima dalam kelompok sosial. Mereka yang tidak diterima lebih sulit untuk bertahan hidup. Dengan demikian, wajar jika manusia memiliki insting atau sifat untuk mencari penerimaan dan validasi sosial.
Makna Kompromi dalam Kehidupan Masyarakat
Salah satu perilaku yang terbentuk dari keinginan untuk mencari penerimaan sosial adalah berkompromi. Terdapat sebuah penelitian penting mengenai kompromi yang dilakukan oleh seorang ilmuwan saraf bernama Gregory Berns pada tahun 2005.
Dalam penelitian tersebut, Berns menemukan bahwa ketika seseorang berada dalam situasi di mana nilai, pendapat, atau sikapnya berbeda dengan apa yang lazim atau diterima oleh orang lain, dan dia menolak untuk berkompromi, bagian otak yang mengatur rasa takut, yaitu amigdala, akan sangat aktif.
Amigdala kita kemudian mengirimkan sinyal bahwa tindakan tersebut sangat berbahaya. Dalam ilmu psikologi, situasi seperti ini dikenal dengan istilah peer pressure.
Sumber: malaka project