Dekan Fisip Unpad: Tawaran Program Paslon 2 Nyata dan Mudah Dipahami, Paslon 1 Normatif
Dekan Fisip Unpad: Tawaran Program Paslon 2 Nyata dan Mudah Dipahami, Paslon 1 Normatif --(Sumber Gambar: Yusup/ Radar Jabar)
Selain itu, lanjut Prof. Widya, Cabup Dadang Supriatna dengan cerdik berhasil menyampaikan berbagai pencapaiannya seperti keberhasilan menaikkan APBD dari Rp.4,6 triliun menjadi Rp. 7,4 triliun serta PAD dari Rp.960 miliar menjadi Rp.1,4 triliun.
"Paslon nomor urut 2 menjawab pertanyaan dan memberi argumen dengan baik dan berbasis data. Hal ini karena Cabup petahana Dadang Supriatna memiliki pengalaman empirik nyata sehingga ketika menyampaikan gagasan mudah dipahami," ungkapnya.
Selain itu yang menarik, sambungnya, cabup nomor 1 Sahrul sempat terpancing emosinya ketika Dadang Supriatna mengomentari bahwa jawaban yang disampaikan Sahrul Gunawan tidak nyambung dengan pertanyaan. Gun Gun, cawabupnya sampai harus menepuk-nepuk pundak Sahrul untuk menenangkan.
Hal ini berbeda dengan Cabup nomor urut 2 Dadang Supriatna yang tampak tenang dari awal hingga akhir.
Bahkan ketika diserang balik Sahrul, dengan tenang Kang DS hanya meresponnya dengan memberikan senyuman lebar.
"Saya surprise karena Pak Dadang Supriatna sangat tenang saat menjawab pertanyaan dan argumen. Walau diserang, beliau tetap tenang dan taktis dalam menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan," imbuhnya.
Selanjutnya yang menarik dan harus dicermati oleh masyarakat Kabupaten Bandung, lanjut Prof Widya, adalah ketika sesi closing statment menjelang akhir debat.
Saat closing statment, Sahrul Gunawan dengan terbuka menyebut nama bupati sebelumnya Dadang Naser yang juga menantu Obar Sobarna yakni Dadang Naser pernah berkuasa selama 10 tahun, melanjutkan kepemimpinan sang mertua Obar yang juga berkuasa 10 tahun.
Sementara paslon 2 menekankan pentingnya menjaga ketenangan dan kondusifitas Kabupaten Bandung.
Kang DS mengajak masyarakat agar tidak menyebarkan berita bohong, yang memecah belah.
"Pesan utamanya adalah keguyuban dan persatuan warga Kabupaten Bandung," pungkas Prof. Dr. Widya Setiabudi.* (ysp)
Sumber: