Kerusakan Otak Akibat Konten Pornografi Semakin Mengkhawatirkan, Begini 4 Cara Ampuh Menghentikan Kecanduannya

Kerusakan Otak Akibat Konten Pornografi Semakin Mengkhawatirkan, Begini 4 Cara Ampuh Menghentikan Kecanduannya

Cara Ampuh Menghentikan Kecanduan Pornografi-RJ-

Dengan viralnya konten-konten terkait OnlyFans, ada kemungkinan masyarakat kita mulai tertarik untuk mencoba platform ini, meskipun saya belum menemukan data resmi mengenai penggunaan OnlyFans di Indonesia.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah banyak influencer OnlyFans yang memasarkan kontennya melalui media sosial, yang mudah diakses oleh semua kalangan. Ini meningkatkan risiko kecanduan terhadap pornografi, terutama karena orang yang dulu bisa mengakses konten dewasa secara gratis kini dipaksa untuk membayar. Akibatnya, ini bisa merusak secara mental dan emosional.

Kami tidak bermaksud sok bijak di sini, tapi saya yakin orang yang berpikir jernih akan menerima fakta bahwa konten pornografi memang bisa sangat merusak. Bayangkan jika masyarakat kita mulai menormalisasi hal ini. Lalu, apa sebenarnya dampak merusak dari pornografi hingga bisa membuat perilaku seseorang menyimpang?

Saya yakin, bahkan sebelum saya menjelaskan ini, kamu yang pernah mengalami kecanduan pasti sudah merasakan dampak buruknya. Itu baru efek yang kamu rasakan sendiri. Bagaimana jika saya memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi di otak manusia saat menonton film pornografi? Saya yakin kamu akan lebih sadar akan bahaya konten ini.

Dalam buku The Brain That Changes Itself karya Dr. Norman Doidge, dijelaskan bahwa pornografi secara nyata mengubah otak kita. Setiap kali menonton, otak kita melepaskan dopamin dalam jumlah besar, yaitu zat kimia yang memberikan perasaan senang.

Pelepasan dopamin yang berlebihan ini menciptakan kecanduan, sehingga kita terus menginginkannya lagi dan lagi. Semakin sering seseorang menonton, semakin banyak yang dibutuhkan untuk mencapai kepuasan yang sama.

Misalnya, seseorang yang awalnya merasa puas dengan satu video, seiring berjalannya waktu, akan membutuhkan lebih dari satu video atau lebih banyak konten untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama seperti saat pertama kali menonton. Standar kepuasan pun terus meningkat, dan konsumsi konten semakin banyak. Seiring dengan itu, bagian otak yang bertanggung jawab atas pengendalian diri dan pengambilan keputusan, yaitu prefrontal cortex, mulai rusak.

Bayangkan apa yang terjadi ketika bagian otak yang mengatur pengendalian diri rusak. Inilah yang bisa menjelaskan perilaku orang-orang yang memamerkan alat kelamin mereka. Mungkin dulu mereka cukup puas hanya dengan menonton video, tapi seiring waktu, itu tidak lagi memuaskan. Akhirnya, mereka terpikir untuk melakukannya langsung.

Pada awalnya, mungkin mereka tidak pernah terpikir untuk menunjukkannya kepada orang asing. Namun, karena bagian otak yang mengendalikan diri dan pengambilan keputusan telah terganggu, serta didorong oleh dorongan nafsu yang besar, akhirnya mereka melakukannya tanpa berpikir panjang.

Meskipun kerusakan pada prefrontal cortex ini mungkin bukan satu-satunya penyebab utama perilaku menyimpang, tetapi kerusakan tersebut berperan besar dalam mendukung tindakan tersebut.

Apakah kenikmatan yang didapatkan setara dengan kerusakan yang ditimbulkan? Hal yang lebih mengerikan adalah sebuah studi dari Cambridge University menemukan bahwa otak pecandu film pornografi bereaksi mirip dengan otak pecandu narkoba. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa kerusakan yang ditimbulkan bisa lebih parah daripada narkoba.

Sekarang, bayangkan jika hal ini menjadi norma yang diterima di masyarakat kita. Bagaimana kualitas sumber daya manusia kita di masa depan? Saya sendiri sudah sering bertemu dengan orang-orang yang menganggap hal ini biasa, termasuk saya sendiri dulu. Saya pernah menganggapnya hal sepele—bahkan berbagi link seperti berbagi link TikTok.

BACA JUGA:Ini Yang akan Terjadi Pada Mentalmu Jika Kecanduan Nonton Video Porno

BACA JUGA:Pemain Fim Porno Jepang Rina Arano Ditemukan Tewas Terikat di Pohon

Untungnya, dengan kamu sudah meluangkan waktu untuk membaca ini, setidaknya kamu tahu dan mulai menyadari betapa buruk dampak yang bisa terjadi jika kamu terus-menerus mengonsumsi film pornografi.

Sumber: