Mengenal Tingkatan Orang Malas dan Tujuannya, Jangan Dibiarkan!

Mengenal Tingkatan Orang Malas dan Tujuannya, Jangan Dibiarkan!

Tingkatan Orang Malas dan Tujuannya-Ilustrasi/Pixabay-

Padahal, Anda bisa saja tidak mencintai dunia tetapi tetap mengumpulkan harta. Jika Anda kaya, tidak harus membeli mobil sport atau hidup berfoya-foya, namun harta itu bisa disumbangkan kepada banyak orang.

Misalnya, jika kekayaan Anda setara dengan Elon Musk, bahkan sepertiga dari harta tersebut mungkin sudah bisa membantu orang kelaparan di seluruh Indonesia, dan pastinya Anda akan mendapatkan pahala yang besar dan bersifat jariah.

3. Percaya takdir tetapi lupa berikhtiar

Saya yakin kalian sering mendengar orang mengatakan, "Itu sudah takdir." Saya juga percaya bahwa takdir memang ada, tetapi yang ingin saya jelaskan di sini adalah kesalahan dalam memandang takdir yang sering terjadi di masyarakat kita.

BACA JUGA:5 Perbedaan Antara Bersantai dan Malas

BACA JUGA:8 Cara Ampuh Meminimalkan Rasa Malas dalam Diri

Dulu, ketika saya berniat mendapatkan nilai tinggi, saya mengajak teman untuk belajar bersama. Setelah belajar, ada teman lain yang kebetulan masuk ranking tiga besar selama dua tahun berturut-turut lewat di depan kami.

Teman yang saya ajak belajar kemudian berkata, "Bagus ya, itu memang takdirnya. Coba saja kalau takdir kita sama." Saat itu juga saya berpikir, Tuhan tidak hanya memerintahkan hamba-Nya untuk percaya pada takdir, tetapi juga untuk berusaha.

Teman saya justru jatuh ke dalam pola pikir "fixed mindset", di mana dia menganggap keberhasilan orang lain tidak bisa dicapai dengan usaha, seolah-olah hanya bisa diperoleh sejak lahir. Padahal, jelas ada konsep ikhtiar atau usaha.

Banyak dari masyarakat kita yang lebih mengedepankan pembicaraan tentang takdir daripada usaha. Saya yakin kalian sering mendengar pernyataan seperti ini. Sebenarnya, pola pikir yang saya jelaskan tadi tidak akan menjadi masalah jika orang tersebut tidak memiliki tanggungan, tidak perlu memberi nafkah kepada keluarganya, atau sudah mandiri secara finansial.

Namun, jika seseorang masih harus memberi nafkah kepada keluarga atau masih bergantung pada orang tua, lalu menggunakan pola pikir ini untuk malas bekerja, jelas itu akan merugikan orang lain, setidaknya keluarganya. Apalagi sekarang di Indonesia, mencari nafkah sangat sulit.

Mereka yang bekerja keras pun masih kesulitan mencari uang, apalagi yang malas dan punya alasan untuk tidak berusaha. Cobalah terapkan kehidupan yang seimbang antara agama dan dunia, seperti pada masa keemasan Islam, di mana dunia dan akhirat berjalan selaras.

BACA JUGA:4 Contoh Sifat Malas yang Baik, Berguna Bagi Kehidupanmu

BACA JUGA:7 Cara Menghindari Kebiasaan Malas Setiap di Hari Weekend

Pada masa itu, banyak ilmuwan yang membahas hal-hal duniawi, seperti Al-Khwarizmi dan Ibnu Sina, dan ekonomi sangat makmur.

4. Lupa melihat contoh kehidupan Nabi

Sebagai umat Islam, kita sebenarnya bisa melihat kehidupan para nabi, yang meskipun berkecukupan, sering mendermakan hartanya untuk umatnya. Dari sini sudah jelas bahwa tidak ada alasan untuk malas mencari harta, karena harta bisa digunakan untuk kebaikan.

Sumber: