Intip Canggihnya Pengelolaan Sampah di Singapura, TPA jadi Pulau Hijau
Canggihnya Pengelolaan Sampah di Singapura-mse.gov.sg-
Pulau Semakau terdiri dari pepohonan yang tumbuh di tengah padang rumput, menciptakan pemandangan yang asri. Pohon-pohon di pulau ini tumbuh dari abu sampah yang telah dibakar. Pulau Semakau juga mendapat julukan "surganya sampah" karena memiliki keanekaragaman hayati yang baik, termasuk hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang.
Selain itu, banyak sel di TPA Semakau yang dapat menampung berbagai ekosistem, seperti habitat padang rumput, rawa, dan pepohonan. Di pulau ini juga ditemukan spesies burung langka seperti bangau paruh besar dan burung jangkung bersayap hitam yang sering terlihat di dekat pulau tersebut.
Menurut survei pada tahun 2011, beberapa hewan lain yang teridentifikasi di TPA Semakau antara lain katak Asia, katak lapangan, penyu hijau, dan kelelawar buah bermuka anjing.
Kesuksesan pengelolaan sampah mutakhir di Singapura tidak lepas dari campur tangan Badan Lingkungan Nasional (National Environment Agency/NEA). NEA memiliki peran penting dalam pengelolaan Pulau Semakau sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) yang paling mutakhir di dunia.
BACA JUGA:7 Tempat Wisata Gratis di Singapura, Tidak Usah Keluarkan Banyak Uang
BACA JUGA:10 Tempat Wisata Populer Singapura yang Tak Boleh Dilewatkan !
Mereka merencanakan, mengembangkan, dan mengelola sistem pengelolaan sampah dan limbah, baik limbah padat maupun limbah berbahaya. NEA bertugas mengatur dan memberikan perizinan untuk memastikan bahwa limbah dikumpulkan, diolah, dan dibuang dengan benar.
Seiring dengan pertumbuhan populasi dan perekonomian di Singapura, jumlah sampah padat yang dihasilkan meningkat signifikan. Sampah padat yang dibuang oleh penduduk Singapura meningkat sekitar 7 kali lipat, menjadi sekitar 1260 ton per hari sejak tahun 1970.
Jumlah sampah diproyeksikan akan terus melonjak seiring dengan meningkatnya kemakmuran dan populasi di Singapura. Permasalahan ini memunculkan tantangan utama dalam pengelolaan sampah padat, terutama karena terbatasnya lahan di Singapura.
Untuk mengatasi masalah ini, Singapura telah mengadopsi sejumlah strategi pengelolaan limbah padat yang lebih berkelanjutan. Sistem pengelolaan sampah terintegrasi di Singapura dikenal dengan sebutan 3R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang).
Selain itu, untuk pengelolaan limbah padat yang berkelanjutan, pemerintah Singapura melibatkan masyarakat, sektor swasta, dan sektor publik. Mereka bekerja sama dengan para pemangku kepentingan dalam penanganan limbah padat.
NEA juga telah mengembangkan serangkaian inisiatif dan program untuk menekan laju pertumbuhan sampah di Singapura. Namun, TPA Semakau diperkirakan akan mencapai kapasitas maksimalnya pada tahun 2035. NEA mengantisipasi kemungkinan tersebut dengan melakukan berbagai penelitian dan pengembangan untuk memperpanjang daya tampung TPA Semakau di masa depan.
Sumber: