Cut Intan Nabila Jadi Korban KDRT, KemenPPA Fokus pada Trauma dan Anak

Cut Intan Nabila Jadi Korban KDRT,  KemenPPA Fokus pada Trauma dan Anak

Asisten Deputi Pelayanan Perempuan Korban Kekerasan, Ratih Rachmawati-Foto : Muhammad Ilham /Radar Jabar -

RADAR JABAR, BOGOR - Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menimpa Selebgram Cut Intan Nabila menyebabkan trauman mendalam.

Cut Intan Nabila mendapatkan perlakukan kekerasan oleh suaminya Armor Toreador pada Selasa (13/8) kemarin.

Video aksi kekerasan itu terekam CCTV. Dimana Armor Toreador melakukan pemukulan kepada Cut Intan Nabila disamping anaknya yang masih balita.

Kasus tersebut menyeret perhatian publik hingga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA).

Asisten Deputi Pelayanan Perempuan Korban Kekerasan, Ratih Rachmawati menyampaikan, pihaknya telah melakukan pengecekan terhadap kondisi psikologis Cut Intan Nabila dan ketiga anaknya yang berusia 4 tahun, 3 tahunan dan 1 bulan.

BACA JUGA:KPU Kota Cirebon Tetapkan 256.777 Daftar Pemilih Sementara untuk Pilkada 2024

Ratih Rachmawati menambahkan, kasus itu akan ditindak lanjuti oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan, Pengendalian Penduduk dan keluarga berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor.

"Korban masih trauma dan syok, dan saat ini masih butuh penenangan diri,"katanya kepada media, Rabu (14/8).

Kata dia, psikiater dan psikologis klinis juga sudah tersedia di dinas DP3AP2KN dan akan ditindak lanjuti sesuai dengan hasil assement.

Ditempat yang sama, Asisten Deputi Pelayanan Anak, Atwirlany Ritonga pun mengidentifikasi kondisi fisik dan psikis ketiga anaknya yang kerap jadi korban dugaan KDRT.

"Anak-anaknya ketakutan melihat sosok laki-laki, dan membutuhkan dukungan untuk melakukan visum kepada mereka,"tuturnya.

BACA JUGA:Ketua Kwarda Jabar Sebut Tak Ada Satupun Ekstrakulikuler Setara Pramuka

Dirinya menuturkan, akan dilakukan assessment oleh tenaga profesional psikologis dan psikolog klinis dan psikolog proyensik untuk melihat apakah tingkat traumatik nya di tingkat resiko yang tinggi sedang atau ringan.

"Perlu dilakukan pemetaan terhadap lingkungan keluarga dandan lingkungan sosial terhadap pengembangan ketiga anak tersebut," jelasnya.

Sumber: