Menlu Turki Sebut Israel Membunuh Perdamaian dengan Membunuh Haniyeh

Menlu Turki Sebut Israel Membunuh Perdamaian dengan Membunuh Haniyeh

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (kiri) menyampaikan keterangan pers bersama Menlu Turki Hakan Fidan (kanan) di Ankara, Turki, Rabu (1/5/2024). --ANTARA/HO-Kemlu RI/am

RADAR JABAR - Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, pada hari Rabu (1/8) menyatakan bahwa pembunuhan kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, oleh Israel juga berarti menghancurkan perdamaian.

Dalam wawancara dengan Kanal 7, Fidan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh, bangsa Palestina, dan dunia Islam, sambil menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan serangan terhadap perdamaian.

BACA JUGA:Hujan Deras di Pakistan Utara Menyebabkan Hancurnya Sejumlah Wilayah dan Longsor, Sedikitnya 35 Orang Tewas

"Saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarganya, kepada bangsa Palestina, dan kepada dunia Islam. Dan mereka tidak boleh lupa bahwa dengan membunuhnya, mereka juga membunuh perdamaian," ujar Hakan Fidan.

Fidan juga mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menurutnya telah "menyandera Amerika". Ia menambahkan bahwa Netanyahu sangat menyadari bahwa jika terjadi perang di Lebanon, Amerika Serikat tidak punya pilihan selain mendukung Israel.

"Netanyahu sangat menyadari hal ini. Dia telah menyandera Amerika. Jika dia terlibat perang di Lebanon, AS tidak mempunyai pilihan lain selain berperang untuk mendukungnya," tambahnya.

BACA JUGA:PBB Desak Israel Bertanggung Jawab atas Laporan Penyiksaan Tahanan

Ismail Haniyeh, yang berada di Teheran untuk pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, terbunuh dalam serangan udara di sebuah wisma tamu di ibu kota Iran tersebut. Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai pelaku, tetapi Tel Aviv belum mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya.

Fidan juga berbicara dengan Menteri Luar Negeri Sementara Iran, Ali Bagheri, untuk membahas situasi terkini setelah pembunuhan Haniyeh dan kondisi di kawasan tersebut, seperti yang disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Oncu Keceli, melalui X.*

Sumber: antara