Waspada Lowongan Kerja Fiktif di LinkedIn
Waspada Lowongan Kerja Fiktif di LinkedIn-Freepik-
Kembali lagi, siapa yang paling dirugikan di sini? Ya, kita sebagai masyarakat yang melamar di sana dan memberikan data kita secara cuma-cuma, padahal lowongan tersebut tidak ada. Di mana kita bisa melihat fenomena ini?
Salah satunya adalah LinkedIn, seperti yang dikatakan oleh beberapa orang optimis yang mengatakan bahwa lowongan masih banyak. Bahkan, bootcamp tertentu yang hanya fokus mencari keuntungan juga mengatakan bahwa lowongan banyak.
Namun, kalian akan memahami masalahnya ketika sudah mencoba melamar dan beberapa bulan kemudian melihat kembali apakah lowongan itu masih ada atau tidak. Kemungkinan besar, lowongan masih tetap ada. Pertanyaan besar yang muncul dari fenomena ini adalah mengapa ada 452.000 lowongan kerja dari tingkat S1 hingga S3 di Indonesia, namun tidak ada yang berhasil mereka dapatkan?
Dari sini lah omong kosong ini dimulai, yang membuat saya geram secara pribadi karena banyak orang, termasuk saya, merasa dirugikan di sini. Mulai dari memberikan data secara cuma-cuma, meluangkan waktu untuk mengerjakan tes, dan berharap hasil kerja kita bisa diterima serta mendapatkan respons yang seharusnya dari perusahaan.
BACA JUGA:Rekrutmen Lowongan Kerja PT KAI 2024 Dibuka! Simak Persyaratan dan Cara Daftarnya
Apa untungnya kita mengerjakan tes? Apa manfaat yang adil yang bisa didapatkan kandidat setelah menyelesaikan semua tugasnya untuk memuaskan keinginan perusahaan? Sebagai seseorang yang sudah lebih dari 10 tahun bekerja di bidang IT secara profesional, saya melihat tes ini sebagai sebuah kesia-siaan.
Kita sebagai kandidat diharuskan memiliki portofolio, referensi dengan nama jabatan dan nomor telepon, serta mencantumkan semua yang sudah kita kerjakan di perusahaan sebelumnya.
Namun, saat masuk ke perusahaan, kita diuji kembali seolah-olah seperti seorang magang tanpa pengalaman, pekerjaan, dan tidak dibayar sama sekali.
Take Home Test Seringkali Dipandang Hanya Formalitas Perusahaan
Kita sepakat bahwa Take Home Test (THT) memang ditujukan untuk orang yang belum memiliki pengalaman kerja. Namun, alasan bahwa ada penipuan dari kandidat yang ternyata tidak kompeten tidak mungkin terjadi.
Di era sosial media saat ini dengan fitur rekomendasi LinkedIn dan alat komunikasi yang ada, hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Selain itu, perusahaan juga dilindungi oleh Pasal 1328 KUH Perdata yang mengatur tentang penipuan dari pihak kandidat. Instrumen hukum di negara kita tampaknya sangat berpihak kepada perusahaan.
Kembali ke Take Home Test, usaha yang dikeluarkan untuk memenuhi persyaratan tertentu tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat, seperti dalam satu atau dua jam. Kadang-kadang, ini bisa memakan waktu berhari-hari, merampas waktu kandidat hingga 3 hingga 5 hari.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Situs Lowongan Pekerjaan Terpercaya dan Terbaik Sampai Saat Ini
Bayangkan, para motivator karir mengatakan untuk berhasil, kita harus mengirim minimal 100 lamaran. Hal itu sangat tidak mungkin dilakukan dalam bidang-bidang seperti desainer grafis, software engineer, digital marketing, dan lainnya. Mereka harus mengerjakan lebih dari 100 Take Home Test. Lalu, kapan hasil karyanya akan dihargai secara layak?
Dalam cerita lainnya, usaha yang dikeluarkan untuk tes awal tidak selalu sebanding dengan hasilnya. Seringkali, pekerjaan naik ke orang-orang yang pandai dalam politik kantor daripada yang memiliki kecerdasan manajemen dan teknikal yang sesungguhnya.
Jadi, ini semua omong kosong. Tapi bukan dari semua perusahaan, hampir semua departemen, semua bos, pasti suka dengan karyawan yang loyal yang rela berkorban untuk perusahaan dengan harga yang murah.
Sumber: fuadit m