Program Prabowo-Gibran Soal Susu Gratis Dinilai Tidak Efektif, Ini 3 Fakta Mecengangkan Susu Bagi Tubuh

Program Prabowo-Gibran Soal Susu Gratis Dinilai Tidak Efektif, Ini 3 Fakta Mecengangkan Susu Bagi Tubuh

Fakta Mecengangkan Susu Sapi Bagi Tubuh-Ilustrasi/Unsplash-

RADAR JABAR - Susu dianggap sebagai salah satu sumber nutrisi utama dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pola makan kita. Anak-anak selalu disarankan untuk minum susu agar dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Kita akan membahas bebagai fakta susu yang mungkin belum kamu ketahui saat ini.

Rekomendasi meminum susu biasa diberikan oleh dokter, dokter spesialis anak (DSA), ahli gizi, dan seluruh lapisan masyarakat. Namun, apakah susu benar-benar sehat? Bagaimana penjelasannya secara ilmiah, dan apakah solusi nutrisi terbaik untuk anak-anak? Kita akan membahas semuanya kali ini.

Susu tidak hanya dianggap sebagai sumber nutrisi, tetapi juga sebagai simbol kesehatan. Susu selalu dikaitkan dengan gizi seseorang dan dianggap sebagai sumber nutrisi yang paling penting, terutama bagi anak-anak. Kutipan "empat sehat lima sempurna" membuat susu tidak terpisahkan dari makanan sehari-hari kita. Tanpa susu, makanan kita seakan-akan belum sempurna.

Susu memang mengandung banyak nutrisi. Segelas susu mengandung kalsium, asam fosfor, dan nutrisi lainnya. Dari semua nutrisinya, susu biasanya dianggap sebagai sumber kalsium dan solusi untuk pertumbuhan tulang, termasuk dalam pencegahan osteoporosis.

Namun, ternyata banyak data yang menunjukkan sebaliknya. Negara dengan konsumsi susu yang paling tinggi justru memiliki tingkat osteoporosis yang paling tinggi, sedangkan negara dengan konsumsi susu terendah memiliki tingkat osteoporosis yang paling rendah.

Kita perlu memahami efek susu terhadap tubuh kita sebelum mengambil keputusan. Susu murni memiliki tiga komponen utama. Pertama, kandungan laktosa. Sekitar 65% populasi dunia tidak bisa mencerna laktosa, yang dikenal sebagai intoleransi laktosa.

BACA JUGA:10 Manfaat Susu Murni bagi Kesehatan

Di Asia, angka ini bahkan lebih tinggi, mencapai 70 sampai 100% di beberapa wilayah. Untuk mencerna laktosa, tubuh membutuhkan enzim bernama laktase. Kekurangan laktase mengakibatkan laktosa tidak dapat dicerna dengan baik, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare, kembung, bahkan mulas.

Kesehatan pencernaan yang baik adalah kunci penting untuk kesehatan kita. ASI, yang memiliki kandungan laktase, mudah dicerna oleh bayi. Kandungannya juga berbeda dengan susu hewan, diciptakan secara alami sesuai dengan kebutuhan bayi.

Susu sapi juga mengandung enzim laktase, tetapi proses pasteurisasi merusak enzim ini. Akibatnya, susu sapi tersebut memiliki laktosa tetapi tidak ada enzim laktase untuk mencernanya.

Bagaimana dengan susu mentah (raw milk)? Susu mentah mengandung enzim laktase, tetapi ada risiko lain jika prosesnya tidak higienis. Bisa terdapat bakteri berbahaya seperti E. coli, listeria, brucella, salmonella, dll. Meskipun bisa memastikan kebersihannya, konsern lainnya adalah keselamatan. Berikut adalah 3 fakta mencengangkan dari kandungan susu.

1. Bisa Bersifat Adiktif

Dalam susu terdapat kandungan protein yang dapat menyebabkan inflamasi. Salah satu protein yang terdapat dalam mayoritas susu sapi adalah kasein beta A1. Kasein ini dapat memicu inflamasi dalam tubuh yang juga berkontribusi pada masalah pencernaan, kulit, dan berbagai penyakit lainnya.

Susu yang mengandung kasein A1 juga dapat membentuk kaseomorfin yang bersifat membuat candu atau adiktif. Efek ini dapat menyebabkan seseorang sulit untuk berhenti mengonsumsi produk susu dan turunannya. Kaseomorfin juga memiliki dampak negatif pada otak dan perilaku, terutama pada kasus ADHD dan autisme.

2. Kandungan Hormon

Kini banyak susu yang dijual dengan label 'tanpa tambahan hormon', namun sebenarnya ini hanyalah trik pemasaran yang sangat menyesatkan. Susu sendiri tanpa tambahan hormon sudah mengandung sekitar 60 hormon alami, di antaranya yang paling mencemaskan adalah IGF-1 (Insulin-like Growth Factor 1) yang dikenal sebagai promotor pertumbuhan kanker.

Sumber: