OJK Sebut Utang Warga RI di PayLater Tembus Rp6,13 Triliun Per Maret 2024

OJK Sebut Utang Warga RI di PayLater Tembus Rp6,13 Triliun Per Maret 2024

OJK Sebut Utang Warga RI di PayLater Tembus Rp6,13 Triliun Per Maret 2024-Utang Warga RI di PayLater -Freepik

RADAR JABAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa outstanding piutang pembiayaan dari perusahaan Buy Now PayLater (BNPL) mencapai Rp 6,13 triliun per Maret 2024.

Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 23,90% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, mengungkapkan bahwa kinerja dan pertumbuhan perusahaan pembiayaan BNPL diproyeksi akan terus meningkat.

"Kinerja dan pertumbuhan PP BNPL diproyeksikan akan terus meningkat seiring berkembangnya teknologi yang memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi belanja secara online," ucapnya. Dikutip dari laman Kontan.co.id

Selain itu, OJK juga mencatat piutang pembiayaan perusahaan multifinance sebesar Rp 488,52 triliun pada Maret 2024. Nilai ini tumbuh 12,17% secara tahunan (YoY).

Pada Februari 2024, piutang pembiayaan perusahaan multifinance tumbuh sebesar 11,73% YoY dengan nilai Rp 478,69 triliun. Pertumbuhan pada Maret 2024 menunjukkan penguatan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

 

BACA JUGA:KPK Memfasilitasi Pemeriksaan BPK terhadap Kasus Korupsi Mantan Menteri Pertanian SYL

 

Agusman menjelaskan bahwa pertumbuhan tersebut didukung oleh profil risiko pembiayaan yang tetap terjaga. Non Performing Financing (NPF) Net tercatat sebesar 0,70% pada Maret 2024, menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,72%.

"Profil risiko pembiayaan yang tetap terjaga menunjukkan bahwa sektor ini masih berada dalam kondisi yang sehat dan dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," tambahnya.

Namun, Agusman juga menambahkan bahwa NPF Gross perusahaan pembiayaan pada Maret 2024 tercatat sebesar 2,45%. Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 2,55%.

Meskipun terjadi peningkatan pada NPF Gross, secara keseluruhan kondisi sektor pembiayaan tetap stabil dengan NPF Net yang rendah.

Pertumbuhan sektor BNPL ini tidak lepas dari tren belanja online yang semakin meningkat di Indonesia. Dengan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, masyarakat semakin tertarik menggunakan layanan BNPL untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini memberikan peluang besar bagi perusahaan pembiayaan untuk terus berkembang dan berinovasi dalam menawarkan produk-produk yang lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Sumber: