Gibran Ungkap Pembicaraan Menjadikan Jokowi Ketua Koalisi Besar Belum Ada

Gibran Ungkap Pembicaraan Menjadikan Jokowi Ketua Koalisi Besar Belum Ada

Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka tiba di kediaman calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto untuk melakukan pertemuan di Jakarta, (23/2/2024)-Hafidz Mubarak A-ANTARA FOTO

Radar Jabar – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) digadang-gadang bakal menjadi ketua koalisi besar. Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, memberikan tanggapannya dengan mengatakan bahwa belum ada pembicaraan mengenai usulan itu.

 

“Nggak ada, belum ada pembicaraan seperti itu ya,” kata Gibran di Solo, Jawa Tengah, Kamis 14 Maret 2024, dikutip Antara.

 

Calon wakil presiden nomor urut 2 tersebut juga belum bisa menanggapai saat disinggung apakah setuju dengan kepemimpinan Jokowi pada Koalisi Indonesia Maju.

 

“Ya saya belum bisa menanggapi ya. Silakan bertanya kepada orang yang mengusulkan,” ungkap dia.

 

BACA JUGA:Kata Menteri PUPR Basuki Soal Wacana Program Bangun 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran

 

Sebelumnya, Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, merespons usulan salah satu partai agar Presiden Jokowi memimpin koalisi besar partai. Dia menilai hal tersebut hanya pertimbangan politik yang masih jauh.

 

“Itu kan pertimbangan-pertimbangan politik tujuh bulan ke depan. Ini masih lama lho. Masih tujuh bulan ke depan, masih banyak kita kerjakan,” kata Budi Arie.

 

Menurutnya, pengusulan mantan Gubernur DKI itu sebagai ketua koalisi partai pendukung pemerintahan selanjutnya masih terlalu dini. Masa pemerintahan Jokowi yang masih berlangsung hingga Oktober 2024 menjadi penyebabnya.

 

BACA JUGA:Pengamat Politik Ungkap 2 Alasan Gibran Layak Menjadi Ketua Umum Golkar

 

Budi Arie menilai masih banyak hal harus dikerjakan di bawah pemerintahan Presiden Jokowi dalam kurun waktu tujuh bulan itu.

 

Di lain sisi, Budi juga menilai usulan dari salah satu partai agar menjadikan Jokowi pemimpin besar koalisi partai sebagai bentuk aspirasi.

 

“Yang namanya aspirasi, yang namanya pendapat, untuk hal-hal tertentu seperti tadi Presiden. Ya enggak apa-apa dinamika aja.” Pungkasnya.

Sumber: