Pengamat Politik Ungkap 2 Alasan Gibran Layak Menjadi Ketua Umum Golkar
Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka tiba di kediaman calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto untuk melakukan pertemuan di Jakarta, 23 Februari 2024 lalu.-Hafidz Mubarak A-ANTARA FOTO
Radar Jabar – Pengamat politik M. Qodari menyebut cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka berpotensi untuk ‘menduduki kursi’ Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar. Ia menyampaikan hal itu untuk merespons pernyataan Waketum Golkar, Bambang Soesatyo, yang mengungkapkan empat sosok potensial selaku Ketum yaitu Airlangga Hartarto, Bahlil Lahadalia, Agung Gumiwang Kertasasmita, dan dirinya.
“Di luar empat nama yang disebutkan Bamsoet, menurut saya ada satu calon yang juga sangat potensial untuk menjadi Ketum Golkar ke depan yaitu Gibran Rakabuming Raka,” ucap Qodari dikutip dari JPNN.
Ada dua alasan yang membuat Direktur Eksekutif Indo Barometer itu menilai Gibran pantas memimpin Partai Golkar.
Pertama, putra sulung Presiden Jokowi itu segera mengamankan jabatan posisi strategis, orang No. 2 di Indonesia, ketika resmi dilantik menjadi wakil presiden pada Oktober 2024.
BACA JUGA:KPU Nyatakan Rekapitulasi Suara Tetap Sah Walau Tanpa Tanda Tangan Saksi
Karakteristik Golkar selama ini, kata Qodari, punya kecenderungan sebagai partai yang erat sebagai bagian dari pemerintahan pastinya linear dengan Gibran selaku wapres sekaligus ketum partai tersebut.
“Partai Golkar punya kecenderungan yang sangat kuat untuk memiliki kaki, memiliki akses di pemerintahan bukan hanya menteri, tetapi juga atau bahkan wakil presiden karena Golkar adalah partai yang ideologinya karya dan kekaryaan dan selalu berorientasi untuk menjadi bagian dari pemerintahan,” imbuhnya.
M. Qodari berkaca pada pengalaman Jusuf Kall (JK) wakil presiden ke-10 dan 12 kala pertama kali menjabat pada periode 2004-2009. JK pada saat yang sama pun sukses menduduki takhta sebagai Ketum Partai Golkar.
BACA JUGA:'Tidak Ada Skenario Golkar Rebut Kursi DPR'
“Dan, kita sudah melihat presedennya dengan sangat kuat pada saat Jusuf Kalla menjadi Ketua Umum Partai Golkar tahun 2004-2009 ketika beliau terpilih menjadi wakil presiden bagi pak Bambang Susilo Yudhoyono.”
“Jadi, saya kira pengalaman pak JK itu menjadi sebuah pertanda suasana kebatinan yang sangat kuat di Partai Golkar untuk memiliki kaki atau akses di pemerintahan.”
Untuk alasan kedua, Qodari menyebut Golkar ke depan mesti berorientasi pada anak muda sebab pemilih terbanyak berasal dari kalangan muda. Maka dari itu, Golkar juga punya tantangan harus memiliki banyak anak-anak muda.
BACA JUGA:Ini Alasan BPOM RI Bakar 1 Ton Milk Bun Viral Thailand
“Partai Golkar ini adalah partai yang tua, partai besar dan kalu kita bicara mengenai pemilih pada hari ini dan pemilih di masa yang akan datang, saya kira Partai Golkar mengalami tantangan bagaimana agar partai ini bisa menjadi partai yang punya orientasi kepada anak mudah dan punya tokoh yang juga berasal dari anak muda,” urai dia.
“Hal ini sebetulnya sudah sangat disadari oleh Partai Golkar, kita lihat adanya regenerasi generasi kedua dan generasi ketiga dari pengurus Golkar kepada anak-anak mereka, misalnya begitu banyak sekali anak-anak muda di Golkar yang merupakan penerus dari orang tuanya yang sudah berkiprah lama di Partai Golkar.” Sambungnya.
Sumber: JPNN dan Antara.
Sumber: