Sejarah Asal-Usul Suku Sunda Dari Catatan Sejarah dan Berbagai Teori

Sejarah Asal-Usul Suku Sunda Dari Catatan Sejarah dan Berbagai Teori

Sejarah Asal-Usul Suku Sunda-Ilustrasi/Pixabay-

Hal ini sejalan dengan catatan seorang pelaut Portugis bernama Tome Pires yang mendatangi pulau Jawa pada sekitar tahun 1513. Menurut Tome Pires, penduduk yang mendiami kawasan sebelah barat Sungai Cimanuk hingga kawasan Banten disebut sebagai orang Sunda, dan yang tinggal di sebelah timur Sungai Cimanuk disebut sebagai orang Jawa.

Namun, dalam kenyataannya saat ini, keberadaan orang Sunda serta keturunan orang Sunda telah menyebar ke berbagai daerah dan bercampur-baur dengan suku-suku serta etnis lainnya. Selain itu, secara spesifik, orang Sunda sendiri justru lebih cenderung merujuk pada tempat asal mereka sebagai identitas, seperti orang Cirebon, orang Bandung, orang Tasik, orang Cianjur, dan lain sebagainya.

Mungkin ini disebabkan oleh faktor ciri khas gaya hidup, dialek, dan tradisi yang berbeda-beda, meski semuanya berakar pada kebudayaan yang sama.

Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini, kami lebih condong menggunakan kata rumpun suku Sunda atau orang Sunda sebagai penyebutan identitas dari salah satu suku terbesar di Indonesia. Lalu, pertanyaannya adalah, secara ilmiah, dari manakah asal-usul leluhur orang Sunda ini berasal?

Jika kita merujuk pada linimasa sejarah dan hasil tes DNA orang Sunda, maka dapat dikatakan leluhur orang Sunda didominasi oleh orang Melayu purba dan orang Melayu kuno, serta sedikit pengaruh dari Australomelanesid, Dravida, dan ras lainnya.

BACA JUGA:Si Kabayan, Si Pemalas yang Banyak Akal: Kisah Lucu dan Unik dari Tanah Pasundan

Itulah mengapa, secara umum, tampilan orang Sunda lebih mengarah pada ciri dari orang Melayu purba dan orang Melayu kuno, yaitu antara lain berkulit putih atau kuning, berambut hitam lurus, berhidung kecil atau sedang.

Di sisi lain, daerah-daerah dimana pernah berdiri kerajaan-kerajaan kuno berbasis India seperti Salakanagara dan Tarumanegara, serta daerah pesisir pantai, orang Sunda akan cenderung berkulit coklat atau hitam, serta berambut ikal, dikarenakan probabilitas percampuran antar ras di daerah-daerah pesisir tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedalaman atau di daerah pegunungan.

Penduduk Awal Jawa Barat

Secara garis besar, ciri-ciri kehidupan dari para penduduk awal Nusantara yang mendominasi daerah Jawa Barat dapat diringkas sebagai berikut:

Pada awalnya, daerah sepanjang Pulau Jawa termasuk Jawa Barat dihuni oleh orang Sahul, disusul oleh orang Malaysia yang melahirkan keturunan orang Australomelanesoid. Mereka adalah orang-orang berkulit hitam, berambut keriting atau ikal, yang hidup secara berkelompok berdasarkan kekerabatan.

Mereka yang tinggal di daerah pesisir cenderung lebih terbuka secara sosial dan menempati rumah-rumah sederhana. Sementara itu, mereka yang tinggal jauh di pedalaman adalah kaum nomaden yang secara sosial tertutup.

Penduduk awal selanjutnya adalah orang Melayu purba yang datang minimal 3000 tahun sebelum Masehi. Secara mayoritas, mereka adalah kaum nomaden yang menempati gua-gua alam atau tinggal di tempat hunian sementara. Mereka tinggal dalam kelompok kecil yang berisikan anggota inti keluarga dan menerapkan sistem kekerabatan parental yang tidak membedakan hak dan kewajiban anggotanya berdasarkan gender.

BACA JUGA:5 Makanan Khas Sunda yang Mengugah Selera, Bikin Ketagihan Lagi dan Lagi!

Baik dalam aktivitas keseharian maupun dalam urusan sosial lainnya, otoritas tertinggi berada di tangan kepala keluarga, yang disebut sangaya atau laki-laki yang dituakan dalam kelompok mereka. Sistem ini juga mengenal dan menjalin kekerabatan baik dengan keluarga dari pihak ayah maupun dari pihak ibu tanpa perbedaan.

Maka dari itu, kawasan hunian antar kerabat biasanya terletak tidaklah berjauhan antara satu dengan yang lainnya. Sebaran berikutnya adalah kaum Dravida yang datang sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Seperti yang terjadi di beberapa tempat lain di Nusantara, orang Dravida inilah yang membawa kepercayaan masyarakat Lembah Indus mengenai Dewa dan Dewi Pra Hindu.

Sumber: