Dilema Kaum Menengah di Indonesia, Belum Hidup Nyaman Tapi Sulit dapat Bantuan dari Pemerintah

Dilema Kaum Menengah di Indonesia, Belum Hidup Nyaman Tapi Sulit dapat Bantuan dari Pemerintah

Dilema Kaum Menengah di Indonesia-Unsplash-

Jika melihat PTKP Indonesia sebesar Rp54 juta, orang yang tidak kena pajak memiliki penghasilan antara 0 hingga 4,5 juta per bulan secara kasar.

Tapi jika pendapatannya di atas itu, itu baru akan kena pajak sungguh-sungguh. Meskipun tidak terlalu banyak atau sedikit, tetap akan kena pajak. Karena pendapatan di atas PTKP sulit untuk mendapatkan program bantuan pemerintah seperti orang miskin. Padahal, penghasilan mereka pun tidaklah banyak.

Bayangkan saja, jika gaji Anda Rp4,7 juta, yang mana itu di atas PTKP sebelumnya yang Rp4,5 juta, Anda tetap akan kena pajak meskipun hanya lebih dari Rp200.000 di atas PTKP. Bahkan jika Anda atau anak Anda kuliah, sulit untuk mengajukan banding penurunan UKT karena penghasilan sudah di atas PTKP, meskipun bedanya hanya Rp200 ribu saja.

Selain itu, orang-orang yang berada di kalangan menengah dengan pendapatan yang pas-pasan cenderung mengkonsumsi makanan yang kurang sehat, seperti yang mengandung minyak, gula, atau micin. Akibatnya, uang mereka banyak yang digunakan untuk membeli obat atau biaya pengobatan.

Yang lebih parahnya lagi, orang kalangan menengah ini selalu menjadi sasaran utama pelaku penipuan. Biasanya, mereka memiliki impian untuk cepat kaya dengan cara apapun, ditambah lagi dengan kekuatan beli yang lumayan dibandingkan dengan orang miskin.

BACA JUGA:5 Cara Perusahaan Membangun Kesejahteraan Karyawan dengan Menggaji Karyawan dengan Layak

Sehingga jika pelaku penipuan menargetkan orang miskin, mereka mungkin tertarik dengan penawarannya untuk cepat kaya, namun tidak memiliki apa-apa untuk diambil. Begitu juga dengan orang kaya, mereka sudah kaya dan tidak membutuhkan tawaran cepat kaya lagi, terlebih lagi dengan mindset yang berbeda dengan orang-orang kalangan menengah.

Maka tidak heran jika sebagian besar orang yang hidup dari gaji ke gaji adalah orang-orang yang berada di kalangan menengah, karena pendapatan yang mereka dapat tidak sebanding dengan biaya hidup, ditambah lagi tanpa adanya keringanan pajak. Sehingga ketika mereka membutuhkan barang sekunder lainnya, mereka terpaksa masuk ke dalam jebakan finansial yang paling umum dilakukan oleh kaum menengah, yaitu hutang.

Salah satu musuh terbesar bagi golongan menengah adalah utang berbunga, karena banyaknya kebutuhan yang melebihi pendapatan. Para golongan menengah cenderung mengambil keputusan yang cukup berisiko, seperti berhutang untuk rumah (KPR), cicilan motor, dan utang lainnya. Hal ini mengunci hidup mereka selama puluhan tahun, bekerja hanya untuk membayar pajak dan cicilan. Menurut riset, profesi yang paling rentan terhadap utang adalah pekerjaan yang didominasi oleh golongan menengah, seperti guru atau karyawan.

Ada beberapa alasan mengapa golongan menengah cenderung rentan terhadap jebakan utang. Pertama, biaya hidup yang tidak sebanding dengan kenaikan upah dan inflasi. Banyak orang harus memilih antara mengurangi biaya hidup atau mencari tambahan pendapatan.

BACA JUGA:10 Tips Mengatur Keuangan Agar Gaji Tidak Cepat Habis

Namun, tidak semua orang bisa mengurangi biaya hidup karena kebutuhan sudah mencapai batasnya dan pendapatan belum dapat ditingkatkan. Akhirnya, mereka memilih untuk berutang, terutama untuk membeli rumah yang harganya tidak masuk akal, dan ini merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari.

Selain itu, golongan menengah juga berutang untuk gaya hidup yang berbeda dengan golongan miskin, meskipun pendapatannya pas-pasan, mereka masih memiliki keinginan untuk menikmati gaya hidup yang lebih baik.

Biasanya, faktor utama yang membuat gaya hidup mereka berlebihan adalah tuntutan sosial dari lingkungan sekitar, seperti melihat teman-teman yang lain sudah memiliki mobil, mereka ikut mengambil kredit mobil meskipun gaji masih pas-pasan, padahal sebenarnya tidak terlalu membutuhkannya. Istilah keren untuk hal ini adalah FOMO (Fear of Missing Out).

Sumber: