Dilema Kaum Menengah di Indonesia, Belum Hidup Nyaman Tapi Sulit dapat Bantuan dari Pemerintah

Dilema Kaum Menengah di Indonesia, Belum Hidup Nyaman Tapi Sulit dapat Bantuan dari Pemerintah

Dilema Kaum Menengah di Indonesia-Unsplash-

RADAR JABAR - Selain ada orang miskin dan orang kaya, ada satu golongan yang berada di tengah-tengah, yaitu golongan menengah. golongan menengah ini dapat dikatakan cukup ambivalen. Mereka tidak terlalu kaya untuk menikmati hidup, namun juga tidak terlalu miskin untuk mendapatkan program bantuan pemerintah.

Golongan menengah ini memiliki akses untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi pada kenyataannya terkadang ada hambatan untuk mencapainya. Golongan menengah ini sebenarnya tidak kekurangan, mereka masih dapat makan tiga kali sehari, meskipun makanannya mungkin sederhana seperti tahu tempe atau kangkung.

Minimal mereka masih dapat makan, meskipun tidak setiap hari makan daging atau spaghetti. Dalam hal pendidikan, mereka juga mengalami kesulitan. Contohnya, jika ingin kuliah menggunakan uang pribadi tidak mencukupi, tetapi meminta bantuan dari pemerintah juga tidak memungkinkan karena mereka tidak terlalu miskin.

Golongan menengah ini dapat dikatakan cukup menyedihkan karena selain beberapa keterbatasan yang mereka miliki, mereka juga kesulitan mendapatkan bantuan.

BACA JUGA:Strategi Investasi yang Cocok untuk Gaji UMR, Lakukan 4 Hal Ini Dulu

Maka dari itu, kami ingin membahas lebih dalam mengapa menjadi bagian dari golongan menengah di Indonesia cukup menyedihkan. Kami rasa pembahasan ini akan relevan dengan mayoritas penduduk di negara ini karena jika kita lihat jumlah golongan menengah di Indonesia cukup besar, sekitar 20% dari total penduduk.

Namun, saya merasa meskipun golongan menengah memiliki peran penting dalam ekonomi, ada potensi ancaman yang disebut sebagai "middle income trap". middle income trap adalah situasi di mana suatu negara berhasil mencapai status negara berpendapatan menengah, namun sulit untuk keluar dari kelas tersebut atau mengalami tekanan di tingkat pendapatan menengah tersebut.

Dilema Kaum Menengah

Negara yang terjebak dalam middle income trap mayoritas penduduknya mengalami sebuah dilema di mana mereka tidak miskin namun juga tidak kaya.

Mereka yang menjadi bagian dari golongan menengah bisa dikatakan mengalami kesulitan karena golongan miskin masih layak mendapatkan bantuan pemerintah, seperti sembako untuk kebutuhan sehari-hari atau beasiswa agar bisa sekolah, sedangkan golongan kaya dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan uang yang dimiliki, termasuk memilih makanan dan sekolah.

BACA JUGA:Gaji Anda Kecil? Inilah Tips dan Trik Menabung dengan Gaji yang Sedikit

Namun, golongan menengah terjepit; mereka sulit mendapatkan bantuan pemerintah yang cukup, dan penggunaan uang pribadi juga terbatas. Oleh karena itu, saya menyebut golongan menengah ini cukup sengsara karena mereka berada di tengah-tengah, tidak di atas dan tidak di bawah.

Di Indonesia sendiri, kita telah terjebak dalam middle income trap selama 30 tahun karena untuk keluar dari perangkap ini, perekonomian harus tumbuh sebesar 6% per tahun, sementara dalam 20 tahun terakhir ekonomi kita hanya tumbuh 4% per tahun.

Keadaan Golongan Menengah di Indonesia

Alasan utama mengapa Indonesia terjebak dalam middle income trap ini adalah karena produktivitas setiap pekerja cenderung menurun. Seorang politikus pernah menyatakan bahwa tingkat produktivitas negara kita masih rendah dibandingkan dengan negara industri lainnya.

Selain itu, terdapat ketimpangan antar daerah di Indonesia; beberapa daerah masih berada di bawah lower middle income dengan pendapatan per kapita di bawah 42.000 USD atau sekitar di bawah Rp65 juta per tahun. Salah satu kesengsaraan dari golongan menengah ini adalah mereka tidak cukup kaya untuk menikmati hidup, namun juga tidak cukup miskin untuk mendapatkan keringanan pajak.

Sumber: