5 Teori Asal-Usul Orang Jawa Berdasarkan Catatan Sejarah
Pria tua dan dua anaknya, mengenakan pakaian Jawa (kemeja surjan), berbincang di teras rumah adat Jawa-Good News from Indonesia-
Selain itu, terdapat pakaian Kejawen seperti beskap yang dilengkapi dengan benik atau kancing di sebelah kiri dan kanan. Lambang tersirat dari pakaian ini adalah agar orang Jawa selalu melakukan tindakan dengan penuh pertimbangan yang cermat.
Dalam setiap tindakan yang dilakukan, mereka berusaha untuk tidak merugikan orang lain dan menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat.
Ikat pinggang juga memiliki makna bahwa semua tindakan harus dilakukan dengan baik, baik dalam mencari pengetahuan yang bermanfaat maupun dalam menempuh pendidikan dengan tekun, teliti, dan cermat agar bisa dipahami dengan baik.
BACA JUGA:Sejarah Arti 'Land', 'Stan' dan 'Ia' Sebagai Nama Akhiran Negara di Dunia
Wiro jarik adalah kain yang dikenakan dengan cara merapatkan pinggirannya secara vertikal. Wiro atau wiron diperoleh dengan cara melipat-lipat kain atau merimple.
Hal ini memiliki makna bahwa jarik tidak bisa lepas dari Wiru, yang berarti seseorang harus menjalani segala hal dengan penuh kehati-hatian, agar dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan harmonis.
Sementara itu, dalam hal alas kaki, orang Jawa umumnya menggunakan Canela atau sandal slop, yang memiliki makna untuk tetap teguh dalam keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kemudian, terdapat juga keris, yang dikenakan di bagian belakang badan. Ini memiliki makna bahwa manusia harus senantiasa menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menghindari godaan setan saat hendak melakukan perbuatan baik.
BACA JUGA:Sejarah Lengkap Zionisme dan Bukti Kelicikan Zionis Yahudi Merebut Tanah Palestina
Selain dari aspek busana, orang Jawa juga sangat menjaga tradisi mereka, termasuk berbagai tarian khas. Contohnya, tarian Serimpi, yang merupakan tari tradisional dari Keraton Kesultanan Mataram, yang kini dilestarikan oleh empat istana pewarisnya di Surakarta dan Yogyakarta.
Ada juga tari Bedaya, yang biasanya dipentaskan dalam acara-acara formal di istana. Terakhir, ada tari Dolalak, yang berasal dari dua not lagu pengiring "do" dan "lah," dan biasanya dipersembahkan dengan lantunan syair dan pantun.
Meskipun sebagian besar suku Jawa berada di Pulau Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ada juga yang tinggal di negara lain seperti Suriname dan Selandia Baru.
Mereka diutus ke negara-negara ini untuk bekerja oleh kolonial Belanda. Saat ini, suku Jawa menjadi suku terbesar di Suriname dan dikenal dengan nama "Jawa Suriname." Menurut sensus penduduk tahun 2010, populasi suku Jawa mencapai 95,2 juta jiwa, yang merupakan 41% dari populasi Indonesia.
Sumber: