Pemerintah China Larang Pejabat Pakai iPhone, Ini Alasannya!
Pemerintah China Larang Pejabat Pakai iPhone, Ini Alasannya!-China Larang Pejabat Pakai iPhone-Freepik
RADAR JABAR - Pemerintah China telah menginstruksikan pejabat badan pemerintah pusat agar tidak menggunakan iPhone dari Apple dan perangkat merek asing lainnya selama jam kerja atau saat membawanya ke kantor, menurut laporan Wall Street Journal pada hari Rabu.
Sumber yang mengetahui perintah tersebut telah mengungkapkan bahwa dalam beberapa minggu terakhir, para staf telah menerima instruksi serupa melalui grup chat kantor atau dalam pertemuan. Meskipun belum jelas sejauh mana cakupan larangan ini diberlakukan.
Larangan ini datang menjelang acara yang dijadwalkan oleh Apple minggu depan, yang diperkirakan akan meluncurkan iPhone terbaru. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran di antara perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di China, terutama dalam konteks meningkatnya ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dan China.
Walaupun laporan Wall Street Journal tidak menyebutkan merek-merek telepon pintar lainnya selain Apple, baik Apple maupun Kantor Informasi Dewan Negara China yang berbicara atas nama pemerintah, belum memberikan komentar resmi mengenai permintaan komentar dari Reuters.
Akibat berita ini, saham perusahaan pembuat iPhone mengalami penurunan sebesar 0,7 persen dalam perdagangan prabursa.
BACA JUGA:Bareskrim Kembali Periksa Panji Gumilang Untuk Lengkapi Berkas Perkara
Selama lebih dari satu dekade, China telah berupaya untuk mengurangi ketergantungannya pada teknologi asing, mendorong perusahaan terkait pemerintah untuk beralih ke perangkat lunak lokal dan mendorong produksi chip semikonduktor dalam negeri.
Pada tahun 2020, Beijing memperkuat kampanye ini, seiring dengan usulan model pertumbuhan "sirkulasi ganda" untuk mengurangi ketergantungan pada pasar dan teknologi asing, sambil meningkatkan perhatian terhadap keamanan data.
Pada bulan Mei, China mendorong perusahaan besar yang dimiliki negara untuk memainkan peran penting dalam upaya meningkatkan kemandirian teknologi mereka sendiri, menjadikan persaingan semakin ketat di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat.
Ketegangan antara China dan Amerika Serikat telah meningkat ketika Washington bersama sekutunya berusaha membatasi akses China ke peralatan penting yang diperlukan untuk menjaga daya saing dalam industri chip mereka, dan Beijing mengenakan pembatasan pengiriman barang dari perusahaan-perusahaan AS terkemuka, termasuk produsen pesawat Boeing dan produsen chip Micron Technology.
Beberapa analis menyatakan pada hari Rabu bahwa tindakan ini menunjukkan bahwa Beijing tidak akan memberikan pengecualian bagi perusahaan-perusahaan AS dalam upaya mereka untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi AS.
"Bahkan Apple tidak terkecuali di China, di mana perusahaan ini memiliki banyak karyawan, mungkin lebih dari satu juta, yang terlibat dalam produksi melalui kerjasamanya dengan Foxconn." ucap Tom Forte, seorang analis dari D.A. Davidson
Dia menambahkan bahwa ini seharusnya mendorong perusahaan untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan basis pelanggan mereka untuk mengurangi ketergantungan pada China jika ketegangan semakin memburuk.
BACA JUGA:Atas Kasus Dugaan Penghinaan Presiden Joko Widodo, Antar Rocky Gerung ke Bareskrim
China adalah salah satu pasar terbesar bagi Apple dan menyumbang sekitar seperlima dari keuntungan perusahaan tersebut.
Meskipun dampak langsung dari larangan ini belum terlihat, mengingat popularitas iPhone di China, analis CFRA Research, Angelo Zino, mengatakan bahwa ini merupakan langkah yang perlu diawasi.
Pada kunjungan terbarunya ke China, Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Gina Raimondo, menyampaikan keluhan dari perusahaan-perusahaan AS yang menganggap bahwa China semakin tidak ramah bagi investasi, dengan adanya denda, penggerebekan, dan tindakan lain yang meningkatkan risiko berbisnis di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Larangan yang diberlakukan oleh China ini serupa dengan larangan yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap perusahaan-perusahaan telepon pintar China , seperti Huawei Technologies, dan platform video pendek TikTok yang dimiliki oleh ByteDance.
Sumber: