Mengenal Sejarah Al Hijr Sebagai Kota Metropolitan Kuno Terkutuk pada Zaman Kenabian

Mengenal Sejarah Al Hijr Sebagai Kota Metropolitan Kuno Terkutuk pada Zaman Kenabian

Sejarah Al Hijr zaman Nabi-Istimewa-

Kekaisaran Romawi memutuskan untuk memindahkan jalur perdagangan dari poros darat Utara-Selatan di Jazirah Arab ke rute maritim melalui Laut Merah. Hal ini menyebabkan daerah tersebut tidak lagi menjadi pusat perdagangan.

Kondisi ini semakin parah ditambah dengan penggurunan yang semakin meluas dan memburuk, akhirnya membuat daerah ini ditinggalkan sepenuhnya oleh para penghuninya.

Kota Metropolitan Kuno

Al Hijr adalah kawasan yang sangat ramai terutama pada abad pertama masehi di bawah di bawah pemerintahan Raja Aretas IV, dan menjadi ibukota negara kedua setelah Petra, di sebelah utara.

Berkembang menjadi sebuah kota politik dan perdagangan, Al Hijr memiliki akses ke pelabuhan Laut Merah. Terletak di perlintasan jalur perdagangan Semenanjung Arab, daerah ini menjadi saksi luar biasa untuk pertukaran budaya yang penting dalam arsitektur, dekorasi, penggunaan bahasa, dan perdagangan.

Al Hijr terletak di titik pertemuan antara berbagai peradaban kuno dan menjadi titik strategis dalam rute perdagangan antara Semenanjung Arab, Mediterania, dan Asia. Oleh karena itu, daerah ini memegang kendali dalam penjualan komoditas seperti dupa, mur, rempah-rempah, dan barang-barang berharga lainnya.

Suku Nabatea, penghuni daerah ini, mengendalikan rute perdagangan penting dari Dubai dan rempah-rempah melalui Arab dan Yordania ke Mediterania, Mesir, Surya, dan Mesopotamia.

Mereka membawa barang-barang seperti merica, wangi akar jahe, gula, dan kapas dalam karavan mereka. Suku Nabatea juga dikenal sebagai pemasok aromatik seperti kemenyan dan mur yang sangat dihargai dalam upacara keagamaan mereka.

Suku Nabatea hidup makmur sejak abad ke-4 SM, dan kesejahteraan serta kemakmuran mereka berlangsung hingga abad ke-1 Masehi. Namun, lambat laun, identitas mereka hilang seluruhnya, dan sebagian besar data tentang mereka berasal dari dokumen orang luar seperti Yunani, Romawi, serta Mesir kuno.

BACA JUGA:Apakah Peradaban Kuno Maju Pernah ada? Mari Kita Pecahkan Misterinya

Situs seperti Petra dan Al Hijr, yang dulunya adalah kota-kota metropolis, berubah menjadi necropolis. Sebagian besar struktur yang tersisa hari ini adalah makam dengan banyak sisa-sisa arsitektur kota yang menunggu untuk digali atau bahkan mungkin telah hilang.

Meskipun begitu, yang jelas adalah bahwa Suku Nabatea adalah pelopor dalam arsitektur dan teknik hidroliga kuno. Mereka memanfaatkan lingkungan gurun yang keras untuk membangun peradabannya.

Mereka juga mengumpulkan air hujan yang mengalir turun dari pegunungan terjal dan menyimpannya dalam tangki air di permukaan tanah.

Pipa air alami juga dibangun di sekitar makam untuk melindungi fasad mereka dari erosi. Hal ini telah membuat situs-situs ini terpelihara dengan baik selama ribuan tahun setelah konstruksi mereka.

Pada tahun 2008, UNESCO menobatkan Al Hijr sebagai situs warisan dunia pertama di Arab Saudi. Situs ini mencakup sekitar 131 monumen makam batu dengan relief yang sangat detail dari zaman Nabatea.

Sumber: