Mengulas Hubungan Agama dan Kesehatan Mental, Bisa Obati atau Sebabkan Depresi

Mengulas Hubungan Agama dan Kesehatan Mental, Bisa Obati atau Sebabkan Depresi

Hubungan Agama dan Kesehatan Mental-Ilustrasi/Unsplash-

Ibadah yang dijalani sebagai beban atau kewajiban akan dirasakan berat oleh pelakunya, sedangkan ibadah yang dijalani dengan penuh cinta akan membawa kegembiraan dan kesenangan dalam melakukannya. Oleh karena itu, seseorang akan merindukan ibadah karena kesadaran penuh dan sebagai pilihan yang berdaulat. Sebagai hasilnya, manusia dalam hidup ini akan menjalani ibadah dengan kesenangan dan sebagai bentuk ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

Seperti yang diungkapkan oleh Sufi terkenal, Rabiah Adawiyah yang menyampaikan bahwa kita seharusnya tidak beribadah seperti pedagang yang hanya mencari untung, atau seperti budak yang hanya takut pada tuannya, atau bahkan hanya karena mencari surga atau takut neraka. Beribadahlah dengan kebebasan sejati dan kesadaran penuh sebagai bentuk pilihan yang berdaulat.

Tulisan ini sebenarnya merujuk pada sabda Nabi Muhammad, yang dilaporkan oleh Sayyidah Aisyah radhiallahu anha. Dalam sabda tersebut, Nabi terlihat begitu semangat dan tekun dalam beribadah, bahkan dalam ibadah sunnah.

Agama Sebagai Obat Depresi

Seorang sahabat bertanya, "Wahai Nabi, kamu tentu saja tidak pernah berbuat dosa. Kamu suci dan dijamin masuk surga. Mengapa kamu masih begitu semangat dan tekun dalam melaksanakan ibadah sunnah?"

Nabi menjawab, "Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba yang bersyukur. Oleh karena itu, aku jalani ibadah dengan penuh cinta."

Ini adalah kunci kesuksesan ibadah, baik dari segi spiritual maupun psikologis. Dengan cinta, ibadah akan menjadi bagian dari perasaanmu dan merupakan jalan yang luas menuju Sang Pencipta. Agama akan menjadi obat atau bahkan pencegah dari depresi.

Macam-Macam Tujuan Ibadah Manusia

Ada tiga hal yang bisa diambil dari konteks tujuan beribadah dari setiap manusia saat ini.

1. Sebagai Gaya Hidup

Jika seseorang mengambil makna hidupnya dari agama, dia memahami dan menjalani agama sebagai gaya hidup. Agama menjadi lebih dari sekadar dogma.

Dia menyadari bahwa hidup ini adalah persiapan untuk akhirat. Dengan pemahaman ini, walaupun hidup di dunia penuh dengan cobaan dan kesulitan, dia tetap kuat secara mental karena tahu bahwa semua ujian ini akan membawanya kepada kedudukan yang baik di sisi Tuhan.

2. Sebagai Kebutuhan Sosial

Beberapa orang mendapatkan dukungan dari sistem agama. Dia mendapatkan dukungan sosial dari sesama umat beragama melalui silaturahmi dalam ritual berjamaah, saling tolong-menolong melalui sedekah, saling mendoakan, dan hal-hal lainnya.

3. Mencari Ketenangan

Tujuan kelompok ini dalam beribadah adalah untuk mengambil teladan dari kisah para nabi dalam agama. Dia mengerti bahwa para nabi, yang merupakan manusia terpilih, mengalami ujian yang berat.

Jika nabi-nabi tersebut menghadapi ujian yang begitu besar, maka dengan mengingat hal ini, orang tersebut menjadi lebih tenang dalam menghadapi cobaan dan bencana dalam hidupnya, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan ujian para nabi.

Sumber: youtube jeda nulis