6 Sisi Gelap Presiden Soekarno yang Tak Terlupakan, Buaya hingga Diktator Jawa Sentris

6 Sisi Gelap Presiden Soekarno yang Tak Terlupakan, Buaya hingga Diktator Jawa Sentris

Presiden Soekarno juga memiliki beberapa sisi gelap selama masa kepemimpinannya-Doc-

BACA JUGA:Patung Soekarno 100 Meter Siap Menghiasi Perkebunan Walini, Kabupaten Bandung Barat

Upaya penanganan dilakukan pada tanggal 13 Desember 1965, di mana pemerintah melakukan pemotongan nilai rupiah dari Rp1.000 menjadi satu rupiah, yang sering disebut dalam sejarah sebagai "seribu pecah satu".

5. Pembubaran DPR

Pemilu 1955 merupakan pemilihan pertama yang diadakan di Republik ini. Pada waktu itu, Pemilu diadakan dua kali. Yang pertama dilakukan pada tanggal 29 September 1955 dengan partisipasi 29 partai politik dan individu.

Pemilu kedua dilaksanakan untuk memilih anggota konstituante pada tanggal 5 Desember 1955. Anda perlu tahu bahwa DPR yang dihasilkan dari Pemilu 1955 ini kemudian dibubarkan oleh Presiden Soekarno.

Bung Karno membubarkan DPR yang dihasilkan dari pemilihan 1955 setelah Dewan Legislatif menolak RAPBN yang diajukan oleh pemerintah.

Secara sepihak, Presiden Soekarno kemudian melalui Dekrit 5-7-1959 membentuk DPR Gotong Royong (DPR-GR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

BACA JUGA:Reaksi Pembangunan Patung Soekarno di Bandung Barat: Sekalian dengan Istri-Istrinya!

Kemudian, semua anggota MPRS diangkat oleh presiden. Jadi, DPR yang terpilih dari Pemilu 1955 awalnya dibubarkan dan digantikan dengan DPR baru yang anggotanya diangkat berdasarkan pilihan Soekarno. Bagaimana bisa terjadi demikian? Ini merupakan tindakan yang diambil oleh Jalan Bung Karno.

6. Jawa-sentris

Apakah Anda sudah mengetahui bahwa pada masa pemerintahan Presiden Soekarno ada kelompok DI/TII yang dikenal sebagai gerakan separatis? Namun ternyata, tidak hanya DI TII, ada juga gerakan PRRI-Permesta.

Jika DI TII memiliki tujuan mendirikan Negara Islam, PRRI-Permesta bercita-cita membentuk pemerintahan revolusioner yang adil untuk seluruh negara kesatuan Republik Indonesia.

Selama pemerintahan Soekarno, pembangunan dinilai tidak merata, terutama fokusnya hanya pada Jawa, dan pemerintahan terlalu sentralistik. Inilah latar belakang munculnya gerakan yang memberontak terhadap pusat. Gerakan ini lahir dari keinginan untuk pemerataan pembangunan.

Itulah beberapa sisi gelap tentang Presiden Soekarno. Namun demikian, kita tetap harus menghargai jasa-jasanya sebagai seorang bapak proklamator Indonesia. Bagaimana pandangan Anda mengenai hal ini?

Sumber: