Kisah Sopir Pengangkut Sampah di TPA Sarimukti
Kisah Sopir Pengangkut Sampah di TPA Sarimukti--
RADARJABAR.ID, KBB - Dendi masih memegang stir mobil armada, pekerja yang ia lakoni dari dua ribu lima belas hingga sekarang itu merupakan pekerjaan yang ia teruskan dari ayahanda tersayang.
"Dua ribu limabelas kalau tidak salah kang, tadinya kan bapak di UPT Soreang, kalau saya mah di Bandung Barat," ucapnya seraya sabar menanti antrean panjang armada pengangkut sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang masih saja mengular.
Sorot matanya tak henti memandang, antrean truk yang kini panjangnya semakin hari semakin tidak terelakan. "hari ini tambah panjang, hari ini 12 kilometer antreannya sampai pembuangan terakhir," seru Dendi kesal.
Tak pernah separah ini, selama delapan tahun ia bekerja sebagai sopir mengenai landasan yang begitu parah dan terjal saat membawa sampah yang diproduksi terus menerus oleh masyarakat tanpa henti hingga menyebabkan TPA Sarimukti overload. "Mulai kacaunya di 2022," ucapnya.
Belum lagi ada masyarakat yang membuang sampah dan enggan membayar atau terkadang tak membayar sesuai retribusi sampah dengan peraturan yang ditetapkan ke TPS Gedong Lima. "Kesalnya suka ada masyarakat yang tak bayar retribusi seusai peraturan yang ditetapkan,"jelasnya.
Tentu pekerjaan Dendi ini rentan dengan kesehatan, beruntungnya saat ini sudah ada jaminan berupa BPJS Ketenagakerjaan yang akan menanggungnya apabila nanti suatu hari terjadi hal yang tidak diinginkan, "resiko di jalanan kan siapa yang tahu, tapi sekarang sudah ada BPJS," ujarnya.
Namun berbeda dengan gajinya sebagai pekerja honorer yang sekarang dipotong 50 persen, padahal ada keluarga yang harus dinafkahi, potongan gaji ini baru terjadi di awal tahun 2023. "Engga tau, pas pentanda tangan SK gak disebutin nominal tunjangannya," ujarnya.
"Iya begini aja we, engga ada perubahan, malahan gajih juga gak diturunin. Asalnya 3juta sekarang mah 1.750 juta," lanjut Dendi bercerita.
Dendi bak pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa para pengangkut sampah lingkungan akan menimbulkan bau tidak sedap dari sampah yang tiap hari dikonsumsi, menggunung, dan mungkin akan menjadi permasalahan yang sangat krusial tiap harinya. Dan hal tersebut dialaminya saat sampah tak kunjung diangkut sebab permasalahan TPA Sarimukti yang overload bahkan berjam-jam mengantri untuk membuang, mengular antreannya.
Tetapi ia senang menjalani semua itu, "tetap berjuang," seru Dendi.
Akan tetapi mengenai kondisi TPA Sarimukti, harapnya ingin segera dibebani, operasional jam yang kembali ke semula dan masyarakat yang tidak hanya menjadi produsen dari sampah konsumtif. Tiap hari ia mengabadikan kepadatan di Sarimukti dengan gawainya. Harapnya, jalan kembali membaik, dan alat berat diperbaiki.(akmal)
Sumber: kisah sopir pengangkut sampah di tpa sarimukti