Bandung Produksi 1.600 Ton Sampah per Hari, Pemkot Resmikan Sekolah Kang Pisman
Assisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung Erick MA tengah menaburkan bibit lele ke kolam buatan di Sekolah Kang Pisman, di Jl. Soekarno Hatta No. 187 A Kota Bandung, Kamis (11/8). -(Arvi/Jabar Ekspres)-
BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung meresmikan Sekolah Kang Pisman yang pertama di Jawa Barat. Pendirian sekolah ini mengacu pada isu sampah yang kian membludak. Ibu kota Jawa Barat ini memproduksi 1.600 ton sampah per hari, dengan rincian, 70 persen sampah merupakan limbah rumah tangga.
Dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kota Bandung 2018-2023 terkait pengelolaan sampah rumah tangga, ditetapkan bahwa pengurangan sampah oleh Pemeirntah Kota berada di angka 22 persen, namun hingga saat ini baru terealisasikan sebesar 16 persen saja.
“Kami menyambut baik peluncuran sekolah kang Pisman yang akan menjadi pusat pelatihan dan edukasi tentang pengurangan, pengolahan dan pemanfaatan sampah atau gerakan 3R yaitu Recyle, Reuse, Reduce,” ujar Wali Kota Bandung Yana Mulyana dalam sambutan tertulisnya, Kamis (11/8).
Dia berharap, agar sekolah Kang Pisman akan menghasilkan kader yang dapat menggerakkan warga untuk mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan, dan mendaur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat.
“Sekarang pemanfaatan sampah semakin jelas bentuknya dengan adanya program bank sampah, melalui inovasi ini masyrakat bisa menabung sampah, baik menjadi emas, atau menukar sampah dengan ikan atau sembako,” terang Yana.
Menabung sampah, tuturnya, akan semakin mudah untuk masyarakat dengan adanya program Bank Sampah Induk Go (BSI GO), yang merupakan pelayanan khusus menabung sampah tanpa harus datang ke Bank Sampah induk Kota Bandung.
“Nantinya BSI yang akan turun menjemput bola ke masyarakat, ini merupakan terobosan yang bagus karena memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menabung sampah. Semua inovasi tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat semakin terlibat dalam proses pengolahan sampah melalui sekolah kang Pisman,” tandasnya.
Masih di tempat yang sama, Assisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung Erick MA, mengatakan kolaborasi ini merupakan langkah pengoptimalan pengolahan sampah di Kota Bandung.
“Dinas Lingkungan Hidup yang secara tupoksi menangani tentang lingkungan dan di dalamnya ada soal persampahan. Kami harap melalui program-program inovasi yang diluncurkan DLH kota Bandung ini bisa terus dikembangkan dan berkelanjutan melalui implementasinya. Tidak hanya sebatas launching,” paparnya.
Edukasi, kata dia, selalu diupayakan. Termasuk dengan Dinas Pendidikan dan di beberapa kurikulum di beberapa program Adiwiyata. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya sejak dini, para siswa dapat mengenal dan mempraktekkan tentang pola lingkungan.
“Bukan tentang meraih Adipuranya, tapi momen ini merupakan momentum menggerakan seluruh elemen bergerak bersama-sama mengelola kota ini menjadi lebih baik lagi. Sehingga bersama-sama kita melakukan penataan kota, karena ini merupakan kebutuhan bersama,” tutur Erick.
Menumpuknya sampah organik di Kota Bandung membuat Sekolah Kang Pisman menyediakan sejumlah program. Di antaranya program waste to food, komposter, dan magotisasi.
“Pengelolaan sampah anorganik sebenarnya lebih mudah, itu ada bank sampah, ada juga pemulung. Sehingga sarana prasarana yang ada di sekolah ini 70 persennya yang organik. Ini tentang bagaimana circle (perputaran ekosistem) bisa berjalan utuh, nanti masyarakat yang datang kesini,” imbuh dia.
“Akan mengolah dari mulai sampah yang mentah, mulai dari tanaman dan sayuran, sehingga bisa diolah dan menghasilkan. Begitu juga dengan magot, disini ada ayam, disini ada lele itu bisa dimanfaatkan,” tandas Erick. (arv)
Sumber: