Gawat, Kasus Covid-19 Kota Bandung Naik 300 Persen, Dinkes Minta Warga Perketat Prokes

Gawat, Kasus Covid-19 Kota Bandung Naik 300 Persen, Dinkes Minta Warga Perketat Prokes

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara..- (Arvi/Jabar Ekspres)-

BANDUNG –  Dinas Kesehatan Kota Bandung merilis laporan terbarunya perihal  kasus Covid-19 di Kota Bandung. Dalam dua pekan terakhir, angka covid-19 mengalami naik hingga 300 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara memaparkan, kenaikan kasus per 18 Juni yang berjumlah 119 kasus, meningkat menjadi 365 kasus.

“Sebelum ada kenaikan kasus ini, kita pernah sampai di bahwa lima kasus per hari, bahkan ada yang hanya satu-dua. Sedangkan sekarang kita perhari bisa sampai 50 kasus. Tapi itu sangat dinamis sekali. Sebagian besar terdeteksi karena screening,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (3/7).

Ahyani menmabahkan,  kenaikan kasus dipicu oleh berbagai indikator, salah satunya percepatan penyebaran subvarian baru. Begitu pula mobilitas masyarakat yang sudah sangat tinggi tanpa memperhatikan prokes.

Kasus terdeteksi saat masyarakat hendak bepergian dan ada kegiatan yang mengharuskan swab. Kasus yang ada merupakan kasus tanpa gejala, atau gejala ringan saja. Kasus meninggal, kata dia, dalam dua bulan terakhir ini hampir tidak ada.

“Untuk positivity rate kita juga kita pernah di 0, sekian tapi sekarang kita di 3,03 jadi memang ada kenaikan, namun kesembuhan per hari juga selalu ada, karena memang mereka yang terkena itu kebanyakan hanya gejala ringan bahkan tanpa gejala. Ini terlihat dari ketersediaan tempat tidur dengan angka tertinggi di 10 persen dan hari ini ada di 7 persen karena ada kesembuhan sampai 21 orang,” terangnya.

Saat disinggung mengenai subvarian baru, ia menuturkan varian ini sebenarnya masih jenis Omicron, hanya saja subvariannya yang disebut BA4 dan BA5. Penemuan ini, paprnya, baru akan ditemukan jika pihaknya mengirimkan sampel khusus dan diperiksa khusus di LabKes Jabar.

“Jadi memang tidak semua bisa periksa. Nah kita sudah tidak melihat lagi apakah di Bandung sudah ditemukan atau tidak (Sub Varian BA4 dan BA5), tapi dengan merujuk pada penyebaran yang cepat itu tentu ada konstribusi dari subvarian ini,” tutur Ahyani.

Mobilitas kedatangan penduduk ke Kota Bandung, imbuhnya, sangat tinggi dan dari berbagai daerah, termasuk daerah yang telah terdeteksi subvarian BA.4 dan BA.5. “Bahkan Cimahi kan sudah ditemukan. Walaupun memang kalau sampel yang langsung dari kita (Kota Bandung) belum ada tapi kita pikir itu tidak menjadi hal utama, karena memang mobilitas penduduk sangat tinggi,” jelasnya.

Laporan penemuan di Cimahi, ungkapnya, merupakan orang yang bekerja di Cimahi tapi berdomisili Kota Bandung. Sehingga temuan di Jawa Barat hanya terkonfirmasi di Depok, Bekasi dan Cimahi. Namun, ia menegaskan di Kota Bandung patut diduga sudah terdapat varian tersebut (BA4 dan BA5).

“Walaupun memang belum ada sampel langsung, karena penyebarannya kan mirip ya, dengan kondisi peningkatan kasusnya juga serupa baik secara global maupun nasional dengan adanya subvarian ini,” tuturnya.

Apapun subvariannya, papar Ahyani, masyarakat harus tetap disiplin pada protokol kesehatan. Terutama menggunakan masker, mencuci tangan dan menghindari kerumunan. Karena Bandung, kata dia, masih dalam pandemi walau PPKM di level satu.

“Lengkapi vaksinasi sampai dosis ketiga (booster), dan kami juga di jajaran Dinkes tetap melakukan 3P mulai dari pelacakan, pengecekan, dan pengobatan bagi yang sudah terkonfirmasi, baik berupa isolasi maupun karantina,” tegasnya. (arv/rit)

 

Sumber: