Ketahui 4 Alasan Mengapa Orang Miskin dan Bodoh Biasanya Mudah Marah

Sabtu 21-12-2024,22:28 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Jika Anda tidak marah, Anda dianggap lemah; jika Anda tidak membalas perkataan orang, Anda dianggap tidak punya harga diri. Jadi, Anda bisa membayangkan bahwa mental defensif ini sudah menjadi budaya di lingkungan mereka.

2. Kurangnya Akses Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu cara terbaik untuk mengubah hidup seseorang, namun sayangnya banyak orang miskin yang tidak memiliki akses ke pendidikan yang layak. Anda tentu tahu bahwa sekolah gratis seringkali tidak sepenuhnya gratis.

Ada biaya untuk seragam, buku, transportasi, dan lain-lain. Jika Anda memiliki tiga atau empat anak, biaya-biaya tersebut semakin besar. Akibatnya, banyak anak dari keluarga miskin yang tidak menyelesaikan pendidikan mereka.

Mereka tidak diajarkan cara berpikir kritis, cara mengelola emosi, dan pengetahuan dasar tentang dunia. Mereka tumbuh dengan pola pikir sempit yang membuat mereka sulit menerima ide atau pendapat baru.

Inilah yang membuat mereka mudah tersinggung. Mereka tidak tahu bagaimana menerima kritik dengan kepala dingin. Bagi mereka, kritik dianggap sebagai serangan, karena mereka tidak memiliki keterampilan untuk membedakan antara kritik konstruktif dan hinaan.

Di masyarakat kita, terutama di kalangan masyarakat miskin, ada budaya malu yang sangat kuat. Anda pasti tahu bahwa orang miskin sering kali lebih memikirkan gengsi daripada hal lainnya. Mereka tidak mau terlihat kalah atau salah. Bagi mereka, harga diri adalah segalanya, karena itu satu-satunya hal yang mereka miliki.

Ketika Anda mengkritik mereka, mereka merasa Anda sedang menyerang harga diri mereka. Mereka tidak melihat kritik sebagai sesuatu yang bisa membantu mereka menjadi lebih baik, melainkan sebagai penghinaan atau ancaman terhadap status mereka di mata orang lain.

Budaya malu ini tidak hanya ada di kalangan masyarakat miskin, tetapi juga terdapat di seluruh lapisan masyarakat kita. Namun, dampaknya lebih besar di kalangan masyarakat miskin karena mereka tidak memiliki banyak cara untuk membela diri selain dengan marah.

3. Pengaruh Trauma Antar Generasi

Pernahkah Anda mendengar istilah "trauma antar generasi"? Fenomena ini merujuk pada kondisi di mana trauma atau tekanan hidup yang dialami oleh satu generasi diturunkan ke generasi berikutnya.

Misalnya, kakek nenek mereka hidup di masa yang sulit, seperti pada zaman penjajahan atau reformasi, di mana mereka harus berjuang keras hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pola pikir bertahan hidup ini terus diwariskan, namun tanpa disertai pemahaman tentang bagaimana cara berkembang atau keluar dari lingkaran tersebut.

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini cenderung memiliki pola pikir defensif sejak kecil. Mereka belajar dari orang tua yang selalu curiga terhadap orang lain, yang sering kali berkata, "Hati-hati, orang lain hanya ingin memanfaatkanmu."

Akibatnya, mereka tumbuh menjadi individu yang sulit mempercayai orang lain, terutama orang yang datang dengan kritik. Ini bukan hanya soal ekonomi; trauma ini juga merusak cara mereka memandang dunia.

Mereka tidak percaya bahwa dunia bisa menjadi lebih baik atau bahwa ada orang yang tulus ingin membantu mereka. Hal ini membuat mereka mudah tersinggung karena mereka sudah terbiasa berpikir bahwa semua orang memiliki niat buruk.

Jika kita membahas kemiskinan, tidak adil jika kita hanya menyalahkan individu tanpa melihat sistem di sekitar mereka. Banyak orang miskin yang terjebak dalam kondisi ini bukan karena mereka malas atau bodoh, tetapi karena sistem yang tidak mendukung mereka untuk keluar dari kemiskinan.

Misalnya, ada keluarga miskin yang ingin berusaha untuk bangkit, namun akses ke pinjaman modal sangat sulit. Atau mereka ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, tetapi persyaratan pendidikan dan koneksi sosial menjadi hambatan.

Sistem seperti ini membuat mereka terjebak di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Dan tahukah Anda apa dampaknya? Mereka merasa frustrasi, merasa dunia ini tidak adil, dan merasa bahwa orang-orang yang berada di atas mereka hanya ingin menindas mereka.

Kategori :