Saatnya Membersihkan Hati, Kembali Pada Nasionalisme Sejati

Saatnya Membersihkan Hati, Kembali Pada Nasionalisme Sejati.--
Nasionalisme yang sejati adalah ketika kita bisa melihat sesama anak bangsa sebagai saudara, bukan sebagai lawan Nasionalisme yang sehat harus menjadi jembatan, bukan tembok pemisah. Cinta terhadap Indonesia tidak boleh berarti meniadakan atau menyingkirkan pihak lain. Nasionalisme yang sehat adalah ketika kita lebih peduli terhadap kesejahteraan bersama daripada sekadar kemenangan kelompok. Ini adalah tentang keadilan, tentang memastikan bahwa tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal hanya karena perbedaan latar belakangnya.
Namun, semangat ini sering kali terancam oleh politik identitas—praktik yang mengeksploitasi perbedaan untuk kepentingan sempit segelintir pihak. Politik identitas sering kali menyamar sebagai nasionalisme. Ada pihak-pihak yang mengklaim membela kepentingan bangsa, tetapi justru memecah belah rakyat dengan narasi “kami vs mereka”.
Mereka menggunakan suku, agama, atau ras sebagai senjata politik, bukan sebagai kekayaan budaya yang harus dijaga bersama. Akibatnya? Masyarakat tidak lagi melihat sesama sebagai saudara sebangsa, tetapi sebagai musuh yang harus dikalahkan.
Jika ini dibiarkan, maka nasionalisme kita bukan lagi semangat persatuan, melainkan hanya kedok untuk memecah belah. Saatnya kita membangun nasionalisme yang tidak berteriak tentang siapa yang paling benar, tetapi bekerja bersama untuk masa depan yang lebih baik bagi semua. Bersama kita maju, bersama kita satu.
Jangan Biarkan Hoaks Mengendalikan Pikiranmu
Bayangkan pada suatu pagi, kamu bangun dan membuka ponsel. Sebuah pesan viral masuk ke grup WhatsApp keluargamu. Isinya mengabarkan bahwa negara dalam bahaya, ekonomi akan runtuh, dan pemerintah akan mengganti sistem negara dengan sesuatu yang mencengangkan.
Tanpa berpikir panjang, banyak orang panik, membagikan berita itu ke mana-mana, hingga menciptakan gelombang ketakutan. Tapi benarkah semua itu? Inilah realita yang sering terjadi di Indonesia. Hoaks dan berita palsu menyebar begitu cepat, lebih cepat dari kebenaran itu sendiri.
Kita hidup di era digital di mana setiap orang bisa menjadi penyebar informasi, tetapi sayangnya, tidak semua informasi itu benar. Hoaks bisa menghancurkan reputasi seseorang, memicu kebencian, bahkan merusak persatuan bangsa.
Jadilah Pemutus Hoaks, Bukan Penyebarnya. Jika mendapat berita yang mencurigakan, hentikan di dirimu. Jangan sebarkan, apalagi jika belum terbukti kebenarannya. Lebih baik memberikan edukasi kepada orang-orang di sekitarmu tentang pentingnya berpikir kritis dalam menerima informasi. Indonesia butuh pemuda yang cerdas, bukan yang mudah terprovokasi.
Jangan biarkan pikiran kita dikendalikan oleh kebohongan. Kita adalah generasi yang menentukan arah bangsa ini, mari memilih menjadi agen kebenaran, bukan penyebar ketakutan.
Sumber: Opini Ini Ditulis Oleh Pengamat Sosial Mira H Tohir
Sumber: pengamat sosial mira h tohir