Skema Reseller Akun Premium Murah Ternyata Merugikan Pembeli, Langganan Akun Resmi Pun Tetap Rugi

Skema Reseller Akun Premium Murah Ternyata Merugikan Pembeli, Langganan Akun Resmi Pun Tetap Rugi

Skema Reseller Akun Premium Murah-RJ-

RADAR JABAR - Ketika terdapat postingan berita heboh di media sosial, hampir selalu ada komentar dari akun-akun tertentu yang ternyata adalah imposter. Mereka biasanya merupakan penjual akun aplikasi premium seperti Netflix atau Spotify. Komentar yang sering muncul memiliki pola serupa, misalnya "Wah, beritanya heboh ya! akun Netflix murahnya Kakak"

Komentar semacam ini kerap memicu pertanyaan, bagaimana skema bisnis mereka? Mengapa harga yang ditawarkan bisa jauh lebih murah? Fenomena ini juga mengungkapkan sisi kapitalis dari sistem monetisasi berbasis langganan.

Reseller akun premium ini secara sederhana menawarkan akses aplikasi premium dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan pembelian langsung melalui platform resmi. Skema monetisasi berbasis langganan premium atau premium upgrade telah menjadi model bisnis yang lazim di berbagai aplikasi, baik di perangkat ponsel maupun PC.

Dengan melakukan upgrade ke versi premium, pengguna mendapatkan berbagai keistimewaan yang tidak tersedia bagi pengguna gratis.

Namun, pembelian langsung melalui platform resmi sering kali dibebani pajak dan disesuaikan dengan kurs mata uang negara, sehingga membuat harganya relatif tinggi. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh para penjual nonresmi untuk menawarkan harga lebih murah.

BACA JUGA:Mulai 1 Januari 2025, Layanan Streaming Netflix Hingga Spotify Kena PPN 12%

BACA JUGA:Spotify Wrapped Live Indonesia 2024: Inilah Daftar Lengkap Para Pemenang Penghargaan!

Mirip dengan konsep toko top-up, penjual nonresmi ini menetapkan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan harga resmi. Bahkan, perbedaan harganya bisa sangat signifikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mereka bisa menawarkan harga yang begitu murah?

Skema Penjualan Reseller Akun Premium Murah

Mungkin sebagian dari kalian berpikir bahwa skema yang digunakan oleh para penjual ini serupa dengan teori toko top-up game, yaitu membeli fitur premium di wilayah negara lain dengan nilai mata uang lebih rendah atau harga yang memang jauh lebih murah. Meskipun teori tersebut masuk akal, cara ini dianggap terlalu rumit untuk dilakukan oleh para penjual tersebut.

Ternyata, ada cara lain yang lebih sederhana dan sering digunakan, yaitu teknik berbagi akun (sharing account). Teknik ini bahkan dapat membuat pengembang aplikasi merasa marah atau kesal.

Aplikasi premium yang biasanya dijual oleh para penjual ini adalah layanan streaming video, film, dan musik seperti Netflix, Spotify, dan lain-lain.

Aplikasi tersebut umumnya memiliki sistem langganan premium dengan berbagai varian paket, seperti paket pelajar, paket individu untuk satu akun, hingga paket keluarga besar yang memungkinkan 4 hingga 6 akun dalam satu langganan.

Selain jumlah akun yang berbeda, paket ini juga menawarkan berbagai keistimewaan, seperti akses di beberapa perangkat sekaligus (multi-device).

Skema bisnis para penjual ini dimulai dengan membeli paket premium keluarga, sering kali dengan memanfaatkan diskon atau promo yang ditawarkan oleh aplikasi tersebut. Dengan cara ini, satu langganan keluarga memungkinkan mereka mendapatkan 4 hingga 6 akun premium di bawah satu email.

Sumber: