Strategi Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Strategi Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Penulis DR.Hj.YULI NURHAYATI MPD. Kepala Sekolah SMPN 28 Bandung.--

Berdasar uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan.Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya.Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang.

Secara umum  fungsi-fungsi motivasi adalah:

  • Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
  • Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh.
  • Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

Ada beberapa Jenis Motivasi

  1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
  2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu.

Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

  1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan belajar yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
  2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa.
  3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
  4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya
    pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.
  5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.
  6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya.
  7. Membuat Siswa Lebih Aktif Salah satu strategi guru yang bisa meningkatkan motivasi belajar peserta didik yaitu dengan membuatnya menjadi lebih aktif. Siswa yang aktif akan memiliki dorongan di dalam dirinya sendiri untuk selalu belajar dan merasa semangat ketika dihadapkan masalah karena memiliki keinginan untuk memecahkannya. 
  8. Metode Pembelajaran yang Beragam. Siswa akan jauh lebih termotivasi untuk belajar apabila guru menggunakan metode pembelajaran yang beragam dan tepat. Hal ini berguna untuk menghilangkan rasa bosan para siswa ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Ketika Anda melihat para siswa sudah mulai merasa bosan dengan materi yang sedang disampaikan maka guru bisa mengubah metode pembelajaran menggunakan cara lain seperti membuka sesi tanya jawab, membuat diskusi kelompok, demonstrasi dan lain sebagainya. 
  9. Memaksimalkan Penggunaan Media Belajar dan Teknologi Pembelajaran. Strategi guru yang berikutnya bisa Anda coba yaitu dengan memanfaatkan berbagai macam media belajar, terutama media belajar yang belum pernah didapatkan sehingga siswa akan merasa termotivasi untuk belajar. Salah satu contohnya yaitu memvisualisasikan materi pelajaran yang sedang diajarkan dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran. Melalui teknik visualisasi maka siswa akan lebih mudah memahami apa yang ingin guru sampaikan. Ketika siswa merasa paham kemungkinan besar mereka akan lebih semangat dalam belajar dan termotivasi untuk mempelajarinya secara lebih lanjut. Memanfaatkan media untuk menyampaikan materi pelajaran juga sering dijadikan strategi guru dalam pembelajaran daring agar siswa lebih semangat untuk mengikuti proses pembelajaran dari rumah. 
  10. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik memahami perbedsaan siswa Salah satu cara menjadi guru yang baik adalah dengan memiliki kemampuan komunikasi yang bagus. Baik itu secara verbal, nonverbal, maupun tertulis.

Selain itu perlu dipahami beberapa latar belakang siswa terkait peningkatan motivasi belajar siswa dan memahmi perbedaan siswa

* Siswa yang krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan siswa terjadi karena siswa gagal mencapai masa integrasi kedua.

* Siswa yang memiliki kontrol diri yang lemah. Siswa yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

* Siswa yang kurang kasih sayang orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan menyebabkan kurang perhatian kepada anaknya. Tidak mengenalkan dan mengajarkan norma-norma agama kepada anaknya. Akibatnya dia akan sering bolos atau terlambat sekolah. Saat di sekolah ia akan berulah macam-macam untuk mendapat perhatian dari orang lain, termasuk kepada gurunya.

BACA JUGA:Sekda Jabar Tekankan Peran Guru sebagai Agen Peradaban pada Hari Guru Nasional 2024

BACA JUGA:Inovasi Cerdas Guru SMKN 1 Cipatat: Kompor Oli Bekas untuk Energi Ramah Lingkungan

* Siswa yang kedua orang tuanya tidak harmois atau bahkan bercerai. Suasana di rumah yang tidak nyaman akan menyebabkan anak tidak fokus saat pelajaran. Kedua orang tua yang seharusnya melidungi dan memberi contoh yang baik justru menjadi akar permasalahan anaknya.

* Siswa yang menjadi “korban” dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan berusaha untuk membalas dendam.

* Siswa yang mendapat tekanan dari orang tua. Tekanan ini bisa berupa tuntutan orang tua yang terlalu tinggi akan prstasi anaknya di sekolah atau peraturan di rumah yang terlalu ketat/ mengekang. Akibatnya bisa bermacam, siswa bisa pendiam tapi juga bisa “nakal” karena merasa ingin bebas.

* Siswa yang mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya masalah ekonomi. Siswa yang mengalami kekerasan di rumah, maka saat di sekolah ia akan menunjukkan sikap memberontak kepada gurunya atau bahkan melakukan kekersaan seperti apa yang ia alami.

* Siswa yang salah bergaul. Lingkungan memang sangat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan sikap siswa. Pergaulan yang kurang tepat atau menyimpang salah bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.

Sumber: