Rahasia Aktivitas Otak Orang Malas dan Orang Rajin, Ini yang Membedakannya

Rahasia Aktivitas Otak Orang Malas dan Orang Rajin, Ini yang Membedakannya

Rahasia Aktivitas Otak Orang Malas-Ilustrasi/Unsplash-

Namun, hal menariknya adalah, ada individu yang justru suka melakukan pekerjaan sulit dan bersedia mengerjakannya dalam waktu lama. Misalnya, Elon Musk pernah bekerja hingga 22 jam per hari. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di otak orang-orang ini jika otak secara alami lebih menyukai kemalasan?

Jika kita telusuri lebih dalam, ada data dari Live Science mengenai penelitian yang dilakukan dengan memindai otak untuk melihat perbedaan aktivitas otak pada orang yang rajin dan malas. Pada orang yang rajin, ketika mereka berniat melakukan suatu aktivitas, area premotor di otak—bagian yang bertanggung jawab dalam mengatur dan mempersiapkan gerakan—menjadi aktif. Area ini penting karena berperan dalam mengontrol otot-otot besar tubuh, sehingga niat dapat diubah menjadi aksi.

Sebaliknya, pada orang yang malas, area premotor ini tidak aktif, sehingga sinyal untuk bergerak terhambat. Akibatnya, otak harus bekerja lebih keras, tubuh merasa cepat lelah, dan cenderung enggan bergerak, sehingga niat tidak terwujud dalam tindakan.

Rahasia Otak Orang Rajin

Pertanyaannya, bagaimana dengan orang-orang yang tetap mampu melakukan pekerjaan berat dan terus-menerus, seperti Elon Musk? Apakah mereka tidak memiliki rasa malas?

Jawabannya adalah, mereka tetap memiliki rasa malas, tetapi memiliki dorongan besar yang memungkinkan mereka mengatasi rasa malas tersebut dan terus bekerja keras. Dorongan ini sama seperti yang dimiliki nenek moyang kita, yang rela berjalan puluhan kilometer demi berburu untuk bertahan hidup.

Sederhananya, bayangkan jika kalian hidup di zaman dahulu, ketika satu-satunya cara bertahan hidup adalah dengan berburu. Tanpa makanan, kelaparan akan datang, dan pada saat itu belum ada yang namanya bercocok tanam. Pilihannya hanya dua, mati kelaparan atau memaksa diri berburu. Jadi, mau tidak mau, kalian akan termotivasi untuk bertindak demi bertahan hidup.

Hal ini juga terjadi pada seseorang yang, misalnya, hidup dalam kemiskinan. Ia pasti memiliki dorongan kuat untuk mencari pekerjaan demi bisa membeli makanan. Namun, ada hal lain yang membingungkan, seperti pada orang-orang seperti Elon Musk yang sudah sangat kaya dan tidak perlu lagi memikirkan uang untuk makan atau bertahan hidup. Mengapa mereka tetap memiliki dorongan untuk bekerja keras dan tidak bermalas-malasan?

Jawabannya adalah karena manusia memiliki faktor lain yang dapat melawan rasa malas, yaitu dopamin atau hormon penghargaan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa dopamin memiliki pengaruh besar terhadap motivasi seseorang.

Dopamin memberikan perasaan senang dan memunculkan efek ketagihan. Cara kerjanya sederhana: ketika seseorang memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang menantang dan berhasil melakukannya, dopamin dilepaskan di otak. Dopamin ini memberi rasa senang atau penghargaan, yang kemudian mendorong seseorang untuk mengulangi aktivitas tersebut.

Fenomena ini juga terjadi saat kita bermain gim. Ketika merasa tertantang dan berhasil menang, kita cenderung ingin terus bermain. Namun, jika gim tersebut mudah dan tidak memberikan tantangan, kita akan cepat bosan.

BACA JUGA:7 Cara Menghindari Kebiasaan Malas Setiap di Hari Weekend

BACA JUGA:5 Perbedaan Antara Bersantai dan Malas

Begitu pula dengan orang-orang yang keras terhadap dirinya dalam mencapai sesuatu; sebenarnya, mereka ketagihan pada produktivitas. Mereka merasa terus-menerus mendapatkan imbalan setiap kali berusaha—itulah efek dari dopamin.

Namun, mengapa kita tidak kecanduan produktivitas seperti membaca buku, dan justru lebih sering terjebak dalam kebiasaan malas? Salah satu penyebab utamanya adalah "cheap dopamine" atau dopamin murah.

Idealnya, kesenangan dan gairah kita diperoleh dari aktivitas produktif yang memerlukan upaya. Namun, kita sering lebih memilih kesenangan instan yang tidak membutuhkan usaha besar, seperti scrolling media sosial—fenomena ini dikenal sebagai "instant gratification."

Sumber: