IAEA Berupaya Kembalikan Iran ke Kesepakatan Nuklir
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengatakan kepada Sputnik bahwa IAEA berupaya sebaik mungkin untuk mengembalikan Iran ke dalam kerangka yang telah disepakati, namun perjanjian yang ada mungkin perlu diperbarui--ANTARA/foto-Anadolu/py
RADAR JABAR - Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyatakan bahwa IAEA sedang berupaya maksimal untuk mengembalikan Iran ke dalam kerangka perjanjian yang telah disepakati. Namun, ia menambahkan bahwa mungkin ada kebutuhan untuk memperbarui perjanjian tersebut agar tetap relevan dan efektif.
"Apa yang sedang kami lakukan adalah memulihkan kontak - ada pemerintahan baru setelah insiden pada musim semi lalu, dan yang perlu kami lakukan sekarang adalah mencoba membawa program nuklir Iran kembali dalam kerangka yang disepakati," kata Grossi.
Grossi juga mengakui bahwa perjanjian sebelumnya mungkin memerlukan pembaruan yang signifikan, dan pembicaraan mengenai hal ini akan segera dimulai, termasuk kunjungannya ke Teheran dalam waktu dekat.
"Jelas, perjanjian lama mungkin perlu diperbarui secara signifikan agar memadai dan efektif, namun ini adalah pembicaraan yang akan kami lakukan, dan seperti yang Anda katakan, saya akan segera berada di Teheran untuk melakukan hal tersebut," tambahnya.
BACA JUGA:Sepak Terjang P Diddy Buat Label Musik Bad Boy Entertainment untuk Lancarkan Aksi Kriminal
BACA JUGA:Begini Cara P Diddy Melecehkan Para Korbannya Selama 30 Tahun, Banyak Artis Hollywood
Pernyataan ini muncul setelah Grossi ditanya tentang kemungkinan revisi kesepakatan nuklir 2015, atau yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Pada 24 September, Grossi mengumumkan rencana untuk mengunjungi Iran dalam waktu satu bulan.
Pemilihan presiden Iran di bulan Juli dimenangkan oleh Masoud Pezeshkian, setelah presiden sebelumnya, Ebrahim Raisi, meninggal dalam kecelakaan helikopter pada Mei. Iran sebelumnya menandatangani JCPOA bersama Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Jerman, dan Inggris, serta Uni Eropa.
Berdasarkan kesepakatan ini, Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya sebagai imbalan atas pelonggaran sanksi internasional. Namun, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian ini pada 2018 di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Pada 2021, Iran setuju untuk mengganti kamera pengawas di fasilitas nuklirnya di Karaj, namun menyatakan tidak akan memberikan data rekaman tersebut hingga Amerika Serikat mencabut sanksi yang diberlakukan.*
Sumber: antara