AS Pertimbangkan Rencana Jika Iran Percepat Program Nuklir

AS Pertimbangkan Rencana Jika Iran Percepat Program Nuklir

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan-JakeSullivan46-X

RADAR JABAR - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, telah menyusun rencana yang diajukan kepada Presiden Joe Biden mengenai kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

Rencana ini disiapkan sebagai langkah antisipasi jika Teheran mempercepat program nuklirnya sebelum masa jabatan Biden berakhir pada 20 Januari mendatang.

Diketahui bahwa informasi tersebut telah dilaporkan oleh portal berita Axios pada Kamis (2/1), berdasarkan keterangan dari tiga sumber terpercaya.

Pertemuan yang berlangsung beberapa pekan lalu dan dipimpin oleh Sullivan itu disebut sebagai bagian dari "perencanaan skenario yang bijaksana."

BACA JUGA:New York Perketat Keamanan Pasca Insiden di New Orleans dan Las Vegas

BACA JUGA:Ledakan Cybertruck di Las Vegas Tidak Dikaitkan dengan ISIS, Penyelidikan Tetap Berlanjut

Namun, seorang pejabat AS menegaskan bahwa pertemuan tersebut tidak dimaksudkan untuk menghasilkan keputusan serangan. Tidak ada insiden baru yang memicu diskusi ini, dan saat ini Gedung Putih juga tidak mempertimbangkan aksi militer terhadap Iran.

Dalam pertemuan tersebut, Biden dan timnya membahas berbagai skenario dan respons AS jika Iran meningkatkan pengayaan uranium hingga kemurnian 90 persen. Meskipun begitu, pertemuan tersebut tidak menghasilkan keputusan khusus.

Sumber lain menyebutkan bahwa Sullivan dan beberapa pejabat AS mendukung ide untuk melemahkan pertahanan udara Iran serta jaringan sekutunya di kawasan. Langkah ini dinilai dapat meningkatkan peluang keberhasilan serangan sekaligus meminimalkan risiko serangan balasan.

Di sisi lain, Rafael Grossi, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), telah mengunjungi Iran pada November lalu untuk bertemu pejabat tinggi Iran dan memeriksa fasilitas nuklir di Fordow serta Natanz. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengevaluasi implementasi Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

BACA JUGA:Malaysia Kembali Pimpin ASEAN 2025, Catatkan Kepemimpinan Kelima Sejak 1967

BACA JUGA:Hasil Penggerebekan Terbesar FBI: 150 Bom Disita di Virginia

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, memastikan kepada Grossi bahwa negaranya tidak akan memproduksi senjata nuklir. Sebelumnya, pada 2015, Iran mencapai kesepakatan JCPOA dengan Inggris, Jerman, China, Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis.

Kesepakatan ini memberikan pelonggaran sanksi bagi Iran sebagai imbalan pembatasan pada program nuklirnya. Namun, pada 2018, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut dan memberlakukan kembali sanksi.

Sumber: antara