Sejarah dan Fakta Bambu Runcing, Senjata Tradisional Mematikan di Masa Penjajahan

Sejarah dan Fakta Bambu Runcing, Senjata Tradisional Mematikan di Masa Penjajahan

Dokumentasi Para pejuang dengan bambu runcing-arsip lawas.-

Pergerakan serta perlawanan yang dipimpin oleh Kyai Subkhi bersama kyai lainnya di Parakan menjadi salah satu pusat perjuangan di wilayah Jawa Tengah.

Setelah berdirinya Nahdhatul Ulama (NU) pada tahun 1926, Kyai Subkhi bergabung dan mendirikan cabang NU di Temanggung bersama beberapa kyai lainnya.

Beliau menjabat sebagai Rais Syuriah, dengan Kyai Haji Ali sebagai wakil Rais, Kyai Haji Raden Sumo Mihardo sebagai sekretaris, dan Kyai Haji Nawawi sebagai ketua Tangsitia. Keempat ulama perintis NU Temanggung ini kemudian dikenal sebagai "kyai-kyai bambu runcing" di masa revolusi kemerdekaan.

Pemilihan bambu runcing sebagai senjata pada masa itu bukan hanya karena minimnya persenjataan yang dimiliki, tetapi juga karena bambu merupakan bahan yang melimpah dan mudah ditemukan.

Kekuatan bambu runcing cukup efektif untuk melumpuhkan lawan, dengan luka yang hampir sama dengan tusukan pedang. Apalagi jika ujung bambu yang tajam diolesi racun, maka senjata sederhana ini menjadi sangat mematikan dalam pertempuran.

BACA JUGA:Ini yang Terjadi Jika Kamu Kembali ke Zaman Pra Sejarah Tanpa Teknologi Modern

Beberapa pejuang menggunakan bambu runcing yang diolesi racun untuk melawan penjajah, dan dengan tambahan doa serta jampi-jampi dari para kyai, hasilnya menjadi sangat luar biasa.

Saking mengerikannya, konon ada kisah dalam suatu pertempuran di mana banyak tentara Belanda terluka parah akibat serangan dan sayatan bambu runcing. Luka yang mereka alami tak kunjung sembuh dan berakhir dengan kematian, sehingga mereka menjadi ketakutan dan trauma saat menghadapi pejuang-pejuang yang menggunakan bambu runcing.

Dalam realitas sejarah, perjuangan menggunakan bambu runcing terjadi di hampir semua medan perang. Gerakan perjuangan dari laskar-laskar rakyat seperti BKR, AMRI, Hizbullah, dan Fi Sabilillah, serta gerakan lainnya, terlibat dalam pertempuran menggunakan bambu runcing sebagai senjata utama sebelum mereka mampu merebut senjata musuh.

Bahkan, bambu runcing pernah menjadi salah satu senjata utama yang digunakan dalam latihan ketentaraan bentukan Jepang yang bernama Seinendan.

Bambu runcing kemudian menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia. Untuk mengenang perjuangan tersebut, banyak daerah di Indonesia menggunakan lambang bambu runcing sebagai simbol keberanian dan pengorbanan dalam meraih kemerdekaan.

Tekad yang kuat serta keberanian besar dalam menegakkan kebenaran dan menghancurkan kezaliman menjadi modal utama dari sebuah perjuangan.

Sumber: