4 Kebiasaan yang Buat IQ Orang Indonesia Jongkok

4 Kebiasaan yang Buat IQ Orang Indonesia Jongkok

Kebiasaan yang Buat IQ Orang Indonesia Jongkok-Ilustrasi/Unsplash-

Apakah mereka berpikir tentang pantangan membuka usaha di malam Jumat Kliwon atau melakukan ritual tertentu agar sukses? Tentu tidak. Mereka fokus pada strategi pemasaran yang baik, produk yang enak, dan iklan yang efektif. Itulah mengapa mereka menjadi perusahaan fast food terbesar di dunia.

Bayangkan jika masyarakat Indonesia berpikir seperti itu. Saya yakin keadaan kita tidak akan seburuk sekarang. Belum lagi jika membahas logika mistika dalam pengobatan tradisional di Indonesia, yang semakin tidak masuk akal.

Oleh karena itu, mari mulai sekarang kita berpikir lebih logis dan selaras dengan kenyataan. Dengan demikian, otak kita akan terasah untuk mencari solusi yang tepat. Jika kita terus menggunakan logika mistika, kita tidak akan membutuhkan penalaran lagi dan hanya akan mengikuti kepercayaan tanpa memikirkan alasan di balik tindakan kita.

2. Kecanduan Sosial Media

Kebiasaan yang buat IQ orang Indonesia jongkok selanjutnya adalah Scrolling. Scrolling yang akan kami bahas di sini tidak hanya soal menghabiskan waktu, tetapi juga pengaruhnya terhadap otak dan perilaku. Fenomena yang sering disebut "TikTok Brain" adalah gejala buruk pada otak akibat penggunaan TikTok atau platform video pendek lainnya.

Ciri-ciri orang yang sudah terpapar TikTok Brain biasanya ada dua: pertama, memiliki tingkat fokus yang sangat rendah. Coba ingat kembali, kapan terakhir kali Anda bisa fokus dalam waktu yang lama di kelas?

Kita sering kali lebih banyak berkhayal daripada mendengarkan dengan fokus. Kedua, memiliki pengendalian diri yang rendah. Coba periksa pengaturan screen time di ponsel Anda dan lihat berapa lama waktu yang dihabiskan di media sosial setiap harinya.

Kenapa dampaknya bisa sedemikian merusak otak? Semua platform video pendek memiliki algoritma yang serupa. Saat kita membuka TikTok, kita langsung disuguhkan video yang kita sukai oleh algoritmanya.

Hal ini menyebabkan dopamin di otak kita langsung meningkat. Dopamin sebenarnya adalah hormon yang sangat berpengaruh dalam produktivitas manusia, karena dopamin keluar ketika kita mendapatkan kepuasan setelah melakukan sesuatu.

Misalnya, ketika kita berusaha memenangkan lomba dan berhasil, kita akan merasa senang. Saat itulah dopamin semestinya keluar. Namun, ketika kita masuk ke TikTok dan langsung disuguhkan video yang kita suka, dopamin juga langsung keluar. Ini membuat otak kita terbiasa mengeluarkan dopamin tanpa usaha yang berarti.

Jika sebelumnya dopamin keluar ketika kita menang lomba, sekarang dopamin keluar hanya dengan menggulirkan jempol. Itulah sebabnya setelah seharian scrolling di TikTok atau platform serupa, kita merasa malas untuk melakukan apa pun karena dopamin, hormon yang memicu semangat kita, habis terpakai di TikTok.

Fenomena ini disebut "cheap dopamine," yang berlawanan dengan dopamin yang keluar ketika kita melakukan aktivitas produktif seperti berolahraga, membaca buku, atau belajar keterampilan baru yang membutuhkan usaha lebih.

Belum lagi, fokus kita yang rusak karena terbiasa menonton video pendek membuat otak hanya terbiasa fokus dalam waktu yang singkat. Sudah saatnya kita mulai membatasi scrolling dan mengganti kebiasaan tersebut dengan hal yang produktif namun tetap menyenangkan. Bayangkan jika waktu 6 jam sehari di TikTok diganti dengan belajar keterampilan baru dan mempraktikkannya. Mungkin kita sudah bisa mencapai kesuksesan yang lebih besar sekarang.

3. Kecanduan Film Biru

Menurut kami, Indonesia adalah negara yang unik karena memiliki sisi positif dan sisi kontradiktif yang saling berlawanan. Misalnya, ada riset dari Pew Research Center yang mengatakan bahwa 96% masyarakat Indonesia menyatakan diri percaya kepada Tuhan.

BACA JUGA:5 Tanda Orang yang Semakin Cerdas Saat Dewasa

Saya yakin, ibadah di Indonesia masih sangat kental jika dibandingkan dengan negara lain. Namun, di sisi lain, situs pornografi termasuk dalam daftar situs yang paling sering dikunjungi oleh orang Indonesia.

Sumber: