Gen Z Wajib Tahu! Paradoks Kegagalan Karena Menelan Terlalu Banyak Informasi

Gen Z Wajib Tahu! Paradoks Kegagalan Karena Menelan Terlalu Banyak Informasi

Paradoks Kegagalan Karena Terlalu Banyak Informasi-Ilustrasi/Pixabay-

RADAR JABAR - Dahulu, orang gagal karena kurangnya informasi, namun sekarang, penyebab kegagalan disebabkan oleh kelebihan informasi. Pada masa lalu, ketika komunikasi belum terhubung dengan baik, orang sering menghadapi kegagalan karena kekurangan informasi.

Mereka harus mengandalkan buku, surat kabar, atau cerita dari mulut ke mulut. Sebagai akibatnya, akses dan penyebaran informasi terbatas.

Karena itu, seringkali orang tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk membuat keputusan yang bijaksana. Kurangnya informasi ini menyebabkan banyak kegagalan dalam berbagai aspek kehidupan seperti bisnis dan hubungan pribadi.

Namun seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dan internet, kita kini hidup dalam era informasi yang sangat melimpah. Informasi dapat diakses dengan cepat dan mudah oleh siapa saja hanya dengan beberapa ketukan jari.

Namun, paradoksnya adalah dengan banyaknya informasi yang tersedia, orang sering mengalami kegagalan karena kelebihan informasi. Sekarang ini, mudah bagi kita menemukan video orang sukses dalam waktu singkat.

Ketika kita hendak memulai bisnis, tiba-tiba kita menonton video di YouTube dan melihat seseorang sukses dalam bisnis yang tampak lebih baik daripada bisnis kita. Akhirnya, kita beralih ke bisnisnya.

BACA JUGA:7 Cara Bangkit dari Kegagalan, Begini Tipsnya!

Namun, belum lama kita jalankan bisnis itu, tiba-tiba melalui TikTok, kita melihat orang sukses dalam bidang bisnis lain dalam waktu yang singkat. Akhirnya, kita tergoda untuk mempelajari dan menjalankan bisnis itu, meninggalkan bisnis sebelumnya.

Kita mudah tergoda dengan keberhasilan orang lain karena overload informasi. Nafsu ingin merubah hidup secara instan lebih besar daripada usaha memperjuangkan yang sudah ada. Kita terlalu sering hanya melihat hasil dari orang lain tanpa mempelajari bagaimana mereka berjuang dari awal atau siapa sebenarnya mereka.

Bayangkan seperti sedang menggali sumur untuk mencari mata air, lalu tiba-tiba melihat orang lain yang sama-sama menggali di tempat lain menemukan mata air. Kita tergoda untuk pindah ke tempat itu dan meninggalkan pekerjaan kita yang belum selesai.

Begitu kita mulai menggali lagi, kita melihat orang lain menggali lagi dan kita pindah lagi. Kita terjebak dalam siklus perpindahan karena terlalu sering melihat orang lain.

Padahal, kita harus melihat dengan jelas bagaimana cara mereka menggali. Apakah mereka menggunakan cangkul atau punya bor khusus untuk menggali sumur?

Itulah alasan mengapa banyak orang tidak berhasil meraih impian mereka. Mereka tidak fokus pada satu pekerjaan, tidak mengandalkan kekuatan yang dimiliki.

Mereka mencoba segala macam hal, pindah-pindah dari satu hal ke hal lain, dan pada akhirnya, di ujung usia, mereka menyadari bahwa tidak ada yang selesai mereka kerjakan.

Sumber: