Mengenal Ulama Su' Sebagai Ulama Paling Jahat yang Bisa Picu Perang Sesama Umat Islam

Mengenal Ulama Su' Sebagai Ulama Paling Jahat yang Bisa Picu Perang Sesama Umat Islam

Mengenal Ulama Su' Sebagai Ulama Paling Jahat-RJ-

RADAR JABAR - Dalam agama Islam, peran ulama memiliki posisi yang sangat penting. Ulama adalah para cendekiawan agama yang memiliki pengetahuan mendalam tentang ajaran Islam dan bertugas untuk memberikan pengajaran, bimbingan, dan fatwa kepada umat Muslim. Mereka dianggap sebagai pemimpin spiritual yang membimbing umat dalam menjalankan ajaran agama dengan benar.

Selain itu, ulama juga berperan dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan melawan pemahaman yang salah. Mereka bertugas untuk memerangi ekstremisme, intoleransi, dan pemahaman agama yang sesat. Ulama memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kesatuan umat Muslim, mempromosikan toleransi, dan menghindari perpecahan dalam umat.

Namun, dalam beberapa hadis, Rasulullah memberikan peringatan tentang adanya ulama jahat di akhir zaman. Beliau mengungkapkan bahwa di masa depan akan muncul ulama yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, bahkan berpotensi merusak ajaran agama, dan disebut sebagai ulama paling jahat di muka bumi.

Dalam sejarah Islam, telah terjadi dua perang besar yang dapat dikaitkan dengan ulama yang jahat ini. Perang pertama terjadi setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, yang menyeret nama Ali bin Abi Tholib dan Aisyah istri Rasulullah dalam peperangan. Perang kedua terjadi pada masa Khilafah setempat, di mana ulama-ulama yang jahat mendukung pemberontakan terhadap Khalifah Ali dan terlibat dalam pertempuran melawan pasukan yang setia pada Ali.

Perang ini menimbulkan konflik internal di kalangan umat Islam yang sangat merugikan, menyebabkan banyak korban jiwa. Bahkan, non-Muslim memandangnya sebagai umat Islam yang haus kekuasaan.

BACA JUGA:5 Mimpi yang Tidak Boleh Diabaikan dalam Islam

Ulama jahat ini telah menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam dan berkontribusi pada pertumbuhan darah di medan perang, serta membuat citra agama Islam semakin buruk di mata dunia. Ulama seperti ini disebut sebagai ulama su’ (ulama yang sesat).

Mengenal ulama su

Ulama su’ merujuk kepada kelompok ulama yang memiliki pengetahuan agama, seperti Alquran, Hadis, fiqih, dan sejarah Islam, tetapi kurang memiliki integritas dan kualitas moral yang baik.

Meskipun mereka mungkin memiliki pengetahuan yang cukup tentang ajaran agama, mampu mengutip sumber-sumber agama, dan berbicara tentang masalah agama dengan wibawa dan semangat yang meledak-ledak, namun mereka cenderung menggunakan pengetahuan mereka untuk tujuan pribadi atau kelompok tertentu.

Mereka dapat memanipulasi ayat-ayat Alquran atau Hadis untuk membenarkan tindakan atau pandangan mereka yang menyimpang. Selain itu, mereka juga mungkin menyalahgunakan otoritas mereka untuk mempengaruhi dan memanipulasi masyarakat demi keuntungan pribadi dan kelompoknya sendiri.

Ulama su’ cenderung mengabaikan tanggung jawab sosial mereka sebagai pemimpin spiritual dalam masyarakat, mungkin tidak berperan aktif dalam memperbaiki kondisi masyarakat atau memberikan bimbingan moral kepada umat.

Rasulullah mengabarkan tentang keberadaan Lembah Kesedihan di neraka Jahannam atau Jubb al-Husni. Bahkan, neraka Jahannam sendiri memohon perlindungan dari lembah ini sebanyak 100 kali sehari.

Sebagaimana yang terkandung dalam hadis riwayat Tirmidzi,  “Suatu ketika Rasulullah menceritakan kepada para sahabat beliau, “mohonlah perlindungan kepada Allah dari Jubb Al-Hazn.” Maka para sahabat pun bertanya, “Apakah itu Jubb Al-Hazn wahai Rasulullah?, beliau menjawab, “itulah sebuah lembah di neraka jahanam. Setiap hari jahanam sendiri memohon perlindungan dari itu (Jubb Al-Hazn ) sebanyak 100 kali. “wahai Rasulullah, siapa yang akan memasukinya?” Rasulullah menjelaskan, “para pembaca Alquran yang beramal karena pamrih (riya)”

Lembah kesedihan ini dihuni oleh ulama yang beramal riya, yaitu mereka yang melakukan amal ibadah dengan niat hanya untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari manusia, bukan semata-mata karena ketulusan hati dalam beribadah kepada Allah.

Sumber: