TIPS Jitu Hindari Kecanduan Ngonten dan Berlama-lama di Medsos

TIPS Jitu Hindari Kecanduan Ngonten dan Berlama-lama di Medsos

Ilustrasi kecanduan media sosial-pixabay-

Membuat konten di media sosial ternyata bisa bikin kecanduan. Apalagi bila mendapat like dan koment banyak, atau bahkan membuat follower naik drastis. Tentu jadi termotivasi untuk membuat-dan membuat lagi, hingga menjadi kecanduan, bahkan ada yang setiap ahari membuat konten. Berikut ada tips jitu untuk hindari dari kecanduan ngonten di medsos

Disadari atau tidak, saat ini media sosial sudah menjadi kebutuhan. Segala macam bisa dicari di media sosial, isu terbaru, gosip, politik hingga belanja bisa dilakukan dimedia sosial.

Pengguna media sosial juga hampir dari semua kalangan, dari anak-anak kecil hingga lansia, individu, publik figur hingga instansi pemerintah bahkan presiden beserta menteri-menterinya.

Didukung perangkat yang memadai, membuat penggunaan media sosial sangat mudah, hingga setiap orang bisa memiliki akun media sosial lebih dari satu.

Perkembangan informasi dapat tersebar dengan cepat melalui media sosial, membuat penggunanaya tidak akan bosan dan betah berlama-lama masuk di medsos.

Bahkan ada yang bisa seharian hanya memegang gadgetnya berselancar dari satu akun medsos ke medsos yang lain. Hal ini yang akhirnya menjadi penyebab pekerjaan lainnya terbengkalai.

Agar menggunakan media sosial tetap sehat dan tidak kecanduan, berikut 5 tips yang bisa kamu terapkan supaya tetap bijak.

1. Batasi konten yang akan diposting

Salah satu hal menarik dari media sosial adalah dapat dengan mudah mengunggah konten secara langsung. Dengan begitu, orang-orang dapat melihat aktivitasmu seharian atau mengetahui apa yang baru dari dirimu.

Namun, mengunggah konten dalam jumlah banyak tentu membuat privasimu jadi terancam. Orang-orang akan dengan bebas melihat unggahanmu dan kehidupanmu menjadi terekspos.

2. Jangan menggunggah konten hanya karena nafsu

Sebelum menggunggah, ada baiknya kamu mengetahui batasan-batasan pada orang lain.

Setiap orang tentu berbeda-beda dalam menerapkan suatu batasan. Ada yang berkata lumrah, namun di sisi lain hal itu bukan untuk konsumsi publik.

Nah, daripada kontenmu menimbulkan kegaduhan dalam media sosial, coba dipikir lagi apakah kontenmu cocok untuk dilihat oleh orang-orang.

Sumber: