Kisah Yayat Kustiawan yang Kehilangan Tangan Kanannya saat Bekerja (1)
TERBARING LEMAS: Pegawai PT. Lakumas Bandung, Yayat Kustiawan usai menjalani operasi amputasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, beberapa waktu lalu. Yayat harus kehilangan tangannya akibat kecelakaan kerja. -(Foto: Yayat for Jabar Ekspres)-
Tak pernah terbayangkan, memasuki umur 40 tahun Yayat Kustiawan harus kehilangan tangan kanannya. Sempat patah semangat untuk menjalani hidup, hingga akhirnya bangkit kembali menjadi tulang punggung keluarga.
Erwin Mintara D. Yasa/Jabar Ekspres
"Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan." (QS Al-Insyirah: 6)
AYAT ini merefleksikan apa yang Yayat Kustiawan, 44, hadapi. Pun melupakan apa yang telah hilang. Membuat dirinya berpikir positif meski tidak sesuai keinginan. Tapi dirinya menyakini, kehilangan satu hal akan memperoleh hal lainnya.
Peristiwa yang terjadi hampir dua tahun lalu mengubah kehidupan Yayat. Dengan berat hari dirinya harus merelakan kehilangan tangan kanannya: Diamputasi akibat mengalami kecelakaan saat bekerja di PT. Lakumas Bandung.
Pria berkediaman di Dusun Pangsor RT01/01, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, kini harus mengandalkan tangan kirinya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Mulai dari makan hingga menjemput rezeki harus dia lakukan seorang diri.
Saat ini dia sedang menjalani proses pemulihan pasca amputasi. Baginya, dua tahun belum cukup untuk menyembuhkan bekas operasi tangannya. Setiap saat dia merintih kesakitan.
Meski tangan kanannya sudah tidak ada, tapi dirinya masih merasakan sakit. Ia menuturkan bahwa rasanya seperti sedang mengepalkan tangan yang diselimuti kesemutan. Bahkan, ketika tangan kanannya tersentuh sesuatu, dia langsung menjerit.
Lelaki beristri dan beranak dua itu masih mengingat betul kejadian yang menimpanya. Tepatnya pada pertengahan Januari 2021, saat dirinya mencoba untuk membersihkan kapas di dalam mesin tempat dia bekerja.
Saat itu, dia masuk kerja bagian malam. Shift malam. Dia bekerja di bagian Blowing. Hanya berjumlah tiga orang. Saat itu ada yang tidak masuk. Dirinya dan dua perempuan.
Sebelum pukul 12:00 malam, dia mendengar suara aneh pada mesin ketiga. Yayat menduga, sesuatu yang menyumbat pada mesin itu. Akhirnya dirinya pun melaporkan kepada atasannya atau kepala shift.
Yayat tidak langsung memperbaiki mesin itu lantaran merasa tanggung. Sebab, pada pukul 12:00 malam akan ada istirahat. Akhirnya, dia pun berniat akan memperbaikinya saat jam istirahat. Tujuannya, agar tidak mengalami kendala saat proses produksi.
Waktu istirahat datang, dia langsung mematikan panel-panel mesin sebelum keluar ruangannya. Hanya penerangan saja yang tidak. Hal itu kerap kali dia lakukan saat bekerja, sesuai dengan aturan dan perintah atasannya.
Sumber: Jabar Ekspres