Lima Cara Cegah Depresi, Silent Killer Paling Berbahaya karena Mengancam Nyawa

Lima Cara Cegah Depresi, Silent Killer Paling Berbahaya karena Mengancam Nyawa

Ilustrasi Depresi-pixabay-

Depresi bukanlah sebuah kondisi yang bisa dipandang sebelah mata, karena berisiko memunculkan keinginan seseorang untuk bunuh diri. Tidak heran bila disebut sebagai silent killer yang paling berbahaya karena mengancam nyawa. Sebenarnya ada lima cara untuk cegah seseorang sampai pada kondisi depresi.

Lima cara tersebut disampaikan oleh Psikolog Ratih Ibrahim sebuah  diskusi bertajuk “Major Depressive Disorder with Suicidal Ideation” yang digelar secara virtual.

Dalam kesempatan tersebut, Ratih juga mengajak masyarakat agar melek akan bahaya yang ditebarkan oleh kondisi bernama depresi ini.

“Saya mau mengajak kita semua untuk aware dengan apa sebetulnya depresi itu dan bagaimana kemudian sampai kepada bunuh diri,” kata Ratih Ibrahim.

“Mungkin kalau dilihat secara umum, kita sering dengar kadang-kadang, ‘Aduh, mau mati saja, deh, bawaannya’. Terus kita pikir teman kita ini lebay banget. Padahal hati-hati, lho, itu adalah sebuah tanda yang perlu disikapi secara tidak sembarangan,” tambahnya.

Ketua II Bidang Kemitraan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu, juga membeberkan data milik WHO yang dikeluarkan tahun ini.

Data tersebut menyebutkan bahwa 1 dari 8 orang di seluruh mengalami gangguan mental. Kecemasan dan depresi menjadi gangguan mental yang paling umum.

Dari angka itu, Ratih Ibrahim menegaskan seberapa seriusnya penyakit yang masuk dalam kategori silent killer itu terhadap umat manusia.

“Dalam perjalanan saya sebagai seorang profesional kesehatan jiwa, saya menemukan memang betul-betul depresi ini nggak main-main,” ucapnya.

“Bila tidak ditangani secara serius memang akan masuk ke major depressive disorder (MDD) dan muncul keinginan untuk bunuh diri,” ujarnya.

Terkait tentang bagaimana mencegah depresi, Ratih menjabarkan soal lima aspek penting yang patut untuk disadari orang, di antaranya fisik, kognitif, emosi, perilaku, dan sosial, sebagai berikut:

1. Aspek fisik menganjurkan orang untuk memperhatikan asupan nutrisi dan istirahat yang seimbang, dibarengi dengan olahraga rutin dan aktivitas fisik.

2. Aspek kognitif berarti, kata Ratih Ibrahim, menjaga agar pola pikir tetap berkembang (growth mindset) sehingga dapat berpikir positif dan realistis.

3. Aspek emosi menekankan pentingnya self care atau memberikan diri sendiri ruang untuk mengeluarkan emosi negatif dengan cara yang sehat, serta melakukan konseling dengan psikolog klinis dan psikoterapis.

Sumber: