Rencana Replikasi Bangunan seperti Masa Kepatihan, Cicalengka Ingin Punya Museum Sejarah

Rencana Replikasi Bangunan seperti Masa Kepatihan, Cicalengka Ingin Punya Museum Sejarah

Foto sejarah pada masa Kepatihan. -(Dokumentasi Kecamatan Cicalengka eksklusif untuk Jabar Ekspres)-

JabarEkspres.com, CICALENGKA - Kantor Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, akan direplikasi kembali seperti masa Kepatihan dan Keresidenan tepatnya pada 1870 lalu.

Hal itu disampaikan Sekretaris Camat (Sekcam) Cicalengka, Didin Hikmat. Dia berujar, replikasi itu bertujuan supaya nilai-nilai sejarah bisa tetap terlihat dan dijaga keberadaannya secara turun-temurun.

"Sebetulnya harus ada kesepakatan dulu karena berkaitan dengan sejarah. Termasuk melibatkan para tokoh dan sesepuh," kata Didin eksklusif kepada Jabar Ekspres belum lama ini.

Didin mengaku, sebelumnya sempat berdiskusi bersama para pegiat literasi dan komunitas di Cicalengka, sampai muncul pertanyaan terkait sejarah berdirinya Cicalengka.

"Kapan tanggal, bulan dan tahunnya berdiri Cicalengka. Memang itu harus ada bukti hipotik dan literatur sebagai sandaran, karena berkaitan dengan sejarah," ujarnya.

Dikatakan Didin, jika melihat sejarah secara singkat, wilayah Kecamatan Cicalengka pada masa Pemerintahan Hindia Belanda saat itu merupakan area Afdeling.

Diketahui, Afdeling merupakan istilah bagi kewilayahan administratif pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Administratornya biasa dipegang oleh seorang asisten residen.

Afdeling juga menjadi babak baru suatu Keresidenan dan pada bidang perkebunan, Afdeling kerap dijadikan area pembagian administratif suatu kebun.

"Kalau berbicara Afdeling itu ada dua wilayah. Afdeling Utara dan Afdeling Selatan," ucapnya.

"Kita Cicalengka masuk di area Afdeling Selatan dan itu sekitar tahun 1870/1871," tambah Didin.

Pada masa itu, Cicalengka jika merujuk sejarah merupakan area Afdeling Selatan, dengan penghasilan kebunnya berupa teh dan sereh.

"Setelah itu masuk sekitar 15 orang beretnis Tingkhoa ke Cicalengka sampai menjadi WNI (Warga Negara Indonesia)," jelasnya.

Sejak saat itu, dilanjutkan Didin bahwa 15 orang etnis Tionghoa tersebut cukup berkembang hingga muncul istilah Pacinan atau Pacinaan.

"Setelah tahun 1870-an mulailah lahir bahwa Cicalengka sebagai pusat pendidikan," imbuhnya.

Sumber: Jabar Ekspres