Sampai Begini! Ini 8 Dampak Penurunan Populasi Penduduk di Jepang

Minggu 01-12-2024,21:14 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Di Jepang, banyak perempuan yang bekerja keras dan mengejar karier. Sayangnya, mereka sering harus memilih antara melanjutkan karier atau berhenti bekerja demi mengurus keluarga. Banyak perempuan takut kehilangan kesempatan berkarir jika mereka punya anak, sehingga mereka memilih untuk menunda atau bahkan tidak memiliki anak.

Fenomena sosial baru juga semakin muncul, seperti hikikomori dan parasite single. Istilah parasite single mengacu pada orang dewasa muda yang tinggal bersama orang tua mereka hingga usia yang lebih tua tanpa menikah.

Fenomena ini cukup umum di Jepang, di mana banyak orang merasa bahwa hidup dengan orang tua memberikan kenyamanan ekonomi dan sosial yang lebih besar dibandingkan harus hidup mandiri dan menikah.

BACA JUGA:16 Makanan Khas Jepang yang Populer di Indonesia dengan Rasa Menggugah Selera!

BACA JUGA:Ini Resep Kelezatan Chicken Katsu Curry Khas Jepang

Pemerintah Jepang telah menerapkan beberapa kebijakan untuk menghadapi krisis demografi yang dihadapi negara ini. Beberapa kebijakan tersebut antara lain memberikan insentif untuk keluarga baru, seperti bantuan uang tunai untuk setiap anak yang lahir atau potongan pajak bagi keluarga yang memiliki anak. Namun, meski sudah ada insentif ini, jumlah kelahiran belum meningkat secara signifikan.

Selain itu, pemerintah Jepang juga mulai memperbaiki kebijakan cuti melahirkan dan membangun fasilitas penitipan anak yang lebih banyak. Hal ini diharapkan bisa membantu perempuan yang bekerja untuk tetap memiliki waktu untuk keluarga tanpa takut kehilangan karier.

Jika memiliki anak, pemerintah juga mendorong perusahaan untuk memberikan waktu kerja yang lebih fleksibel dan mendukung karyawan yang ingin memiliki waktu untuk keluarga. Dengan begitu, diharapkan para pekerja tidak hanya sibuk bekerja, tetapi juga dapat membangun keluarga.

Karena kurangnya tenaga kerja, pemerintah Jepang memperpanjang usia pensiun agar para lansia dapat tetap bekerja jika masih mampu. Beberapa perusahaan juga memberikan kesempatan bagi karyawan yang lebih tua untuk bekerja paruh waktu, yang membantu sedikit mengurangi kekurangan tenaga kerja.

Jepang sangat tertutup terhadap tenaga kerja asing, namun sekarang mulai membuka pintu bagi pekerja dari luar negeri, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan banyak tenaga. Dengan adanya pekerja asing, Jepang berharap bisa mengurangi kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu.

Bagaimana dengan Indonesia?

Fakta menarik lainnya adalah bahwa gejala penurunan demografi juga sedang dialami oleh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Mengutip dari kata data, tingkat kelahiran penduduk di Indonesia menunjukkan tren penurunan yang dikhawatirkan dapat menyebabkan perubahan demografi menjadi populasi yang menua, serta dapat menyebabkan tingkat kelahiran yang negatif.

BACA JUGA:3 Alasan Mengapa Orang Jepang Suka Menyendiri Mengikuti Tren 'Solo Katsu'

BACA JUGA:5 Manfaat Hojicha, Teh Asal Jepang yang Kaya Akan Manfaat, Salah Satunya Bisa Menghilangkan Stres?

Merujuk pada data Bank Dunia, angka kelahiran per wanita di Indonesia memang menunjukkan tren penurunan. Pada tahun 1973, angka kelahiran per wanita Indonesia berada di angka 5,22, kemudian turun menjadi 2,15 pada tahun 2022.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka pernikahan di Indonesia cenderung menurun. Pada tahun 2018, tercatat ada 2 juta pasangan menikah, namun jumlah tersebut terus turun hingga mencatatkan 1,7 juta pasangan menikah pada tahun 2022.

Kategori :