3. Gangguan pada Pola Makan
Peningkatan nafsu makan selama PMS juga dapat mengganggu pola makan sehari-hari, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi asupan gizi dan kesehatan secara keseluruhan.
BACA JUGA:8 Mitos Menstruasi di Indonesia yang Perlu Diketahui Faktanya!
Strategi Pengelolaan Nafsu Makan yang Meningkat
Untuk mengatasi nafsu makan yang meningkat selama PMS, ada beberapa strategi yang dapat dicoba:
1. Pilih Makanan dengan Bijak
Memilih makanan yang kaya akan zat gizi seperti zat besi, kalsium, magnesium, serta vitamin B kompleks dapat membantu mengatur nafsu makan selama PMS. Makanan yang mengandung zat besi termasuk daging, ikan, dan sayuran, sementara kalsium dapat ditemukan dalam susu, keju, dan kacang tanah.
2. Konsumsi Makanan yang Mengandung Serotonin
Makanan yang mengandung serotonin seperti susu, kacang tanah, dan makanan lainnya juga dapat membantu mengurangi nafsu makan yang berlebihan selama PMS.
3. Perhatikan Pola Makan Secara Keseluruhan
Selain memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, penting juga untuk memperhatikan pola makan secara keseluruhan. Mengonsumsi makanan dalam porsi yang seimbang dan teratur dapat membantu menjaga kadar hormon dan mengendalikan nafsu makan selama PMS.
4. Lakukan Aktivitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik secara teratur juga dapat membantu mengurangi nafsu makan yang berlebihan dan meningkatkan mood selama PMS. Olahraga ringan seperti berjalan atau berenang dapat membantu mengatasi gejala PMS, termasuk nafsu makan yang meningkat.
5. Kelola Stres dengan Baik
Stres dapat memperburuk gejala PMS, termasuk nafsu makan yang meningkat. Praktikkan teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres dan mengendalikan nafsu makan.
BACA JUGA:Cewek Wajib Tau! 8 Gejala PMS Tidak Wajar yang Sering Tidak Disadari
Kesimpulan
Nafsu makan meningkat saat PMS merupakan fenomena yang umum dialami oleh banyak wanita. Perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh, khususnya peningkatan kadar estrogen dan progesteron, serta penurunan kadar hormon serotonin, diyakini menjadi penyebab utama dari kondisi ini.