Kisah Nabi Khidir, Apakah Keturunan Firaun? Ketahui Silsilah Lengkapnya

Senin 11-09-2023,14:44 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Ahmad bin Ibrahim an-Naisaburi dalam kitabnya "Qisas Al-Anbiya" menyebutkan bahwa nama asli dari Khidir adalah Balia dan nasabnya adalah Balia bin Malkan bin Falih bin Abir bin Salik bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh Alaihissalam.

Silsilah garis keturunan ini berdasarkan pendapat dari Ibnu Abbas. Namun, menurut pendapat dari Ibnu Ishak, Nabi Khidir adalah putra dari Al-Is Ibnu Ishak bin Ibrahim Al-Khalil.

Nabi Khidir Anak Firaun?

Pendapat yang ketiga, yaitu pendapat dari An-Nagashi, menyatakan bahwa Nabi Khidir adalah putra dari Firaun. Namun, menurut Imam Al-Bari, pendapat ini tidak valid.

Sebagian ulama lainnya berpendapat lain, mengatakan bahwa Khidir adalah alias atau teman dari Nabi Ilyas. Alias ini dengan nama lain yaitu Ilyasa, atau yang kita kenal sebagai Nabi Ilyasa, yang hidup sezaman dengan Nabi Ilyas.

Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Nabi Khidir dan Nabi Arnia atau Yeremia adalah orang yang sama. Namun, keduanya dinyatakan tidak valid karena tidak ditemukan bukti-bukti sejarah yang mengungkapkan pernyataan itu.

Sebuah riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Khidir adalah putra dari seorang raja yang agung. Dalam hal pendidikan, sang raja atau ayahnya menyerahkannya kepada seorang guru.

Namun, Nabi Khidir tidak berkenan dengan guru yang ditunjuk oleh ayahnya. Di antara istana dan rumah guru tersebut, hidup seorang ahli ibadah. Setiap kali Nabi Khidir pergi ke rumah gurunya, dia selalu melewati rumah sang ahli ibadah. Perilaku ahli ibadah tersebut memikat hatinya.

Akhirnya, Nabi Khidir memilih sang ahli ibadah itu untuk menjadi gurunya. Nabi Khidir sangat rajin menghadiri majelis si ahli ibadah tersebut. Singkat cerita, suatu hari Nabi Khidir tidak datang ke rumah gurunya untuk belajar.

Gurunya mengira bahwa Khidir sedang ada di istananya, sementara ayahnya mengira bahwa Khidir hari itu berada di rumah gurunya. Hal ini berlangsung sampai Nabi Khidir dewasa dan dia menguasai seluruh pengetahuan serta cara ibadah yang baik dari si ahli ibadah tersebut.

Sementara itu, menurut Ibnu Ishaq, ayah Nabi Khidir yang bernama Amiyal, suatu hari mencari seorang penulis profesional untuk menulis ulang suhuf yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Syits. Pada suatu hari, datang sekelompok penulis yang menawarkan diri. Di antara para penulis yang datang itu, ada Nabi Khidir yang merupakan putranya sendiri. Namun, saat itu raja tidak menduga bahwa di antara para penulis itu ada putranya sendiri.

Ketika tulisan-tulisan mereka selesai dan diperlihatkan kepada sang raja, sang raja terkesan dengan salah satu tulisan dari salah satu peserta yang ingin menjadi juru tulisnya. Sang raja tidak menyangka bahwa tulisan yang dia sukai itu adalah tulisan dari putranya sendiri. Setelah sang raja tahu bahwa itu adalah tulisan putranya, sang raja bangkit dan dengan bangga merangkul putranya.

Pendapat Nabi Khidir adalah Cucu Firaun

Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir merupakan cucu dari Firaun berasal dari Muhammad bin Ayub, yang nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ayub Al-Kilabi Al-Wasithi. Beliau merupakan seorang perawi yang jujur dan dapat dipercaya, dan hadis-hadisnya banyak dirujuk oleh Ibnu Majah. Muhammad bin Ayub menyatakan bahwa Nabi Khidir adalah cucu dari Firaun melalui anak perempuannya.

Namun, Muhammad bin Ayub mendapatkan keterangan ini dari Ibnu Luhaiah, yang meskipun dulunya merupakan perawi yang dapat dipercaya, namun mengalami kekacauan pikiran setelah kitab-kitabnya terbakar. Oleh karena itu, pendapat tentang Nabi Khidir sebagai cucu dari Firaun masih dianggap belum kuat karena bersumber dari Abdullah bin Luhaiah.

Selain cucu dari Firaun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir adalah anak dari Qabil bin Adam, sehingga Khidir adalah cucunya Nabi Adam. Pendapat ini berasal dari Abu Hatim Al-Sijistani dalam kitabnya yang berjudul "Al-Muamarin."

Abu Hatim mengatakan bahwa keterangan tersebut didapatnya dari gurunya. Namun, Abu Hatim menyebutkan bahwa riwayat ini memiliki modol (putus perawinya) dua orang atau lebih secara berurutan, sehingga pendapat ini juga dianggap kurang kuat.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Al Hijr Sebagai Kota Metropolitan Kuno Terkutuk pada Zaman Kenabian

Kategori :