radarjabar.disway.id — Krisis iklim (baru-baru ini disebut bencana iklim) merupakan permasalahan utama dunia sekarang. Greenpeace Indonesia mendesak pemerintah dan industri untuk menangani masalah ini dengan serius.
Krisis iklim sedang terjadi. Ia mempunyai dampak berbahaya bagi seluruh manusia di muka bumi. Oleh karena itu, krisis iklim menjadi salah satu perhatian utama Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebagai salah satu organisasi yang berfokus memerangi krisis iklim, Greenpeace Indonesia memberikan kabar terkait krisis iklim di tahun sekarang. Greenpeace Indonesia menuntut agar pemerintah dan industri memperhatikan dampak krisis iklim yang sudah, sedang, dan akan terjadi. “Pemerintah dan industri harus lebih serius beraksi dan berubah untuk menangani ancaman Krisis Iklim! Karena berbagai dampak krisis iklim sudah hadir di depan mata kita dan di berbagai tempat di dunia lainnya,” tulis Greenpeace Indonesia dalam akun Instagram miliknya, Selasa (14/6/2022). Greenpeace Indonesia lantas menyebut bahwa peristiwa banjir rob di Semarang kemarin merupakan salah contoh dari dampak krisis iklim yang terjadi Indonesia. “Banjir rob yang disebabkan naiknya permukaan laut melanda Semarang. Hal ini merupakan alarm bahaya bahwa krisis iklim telah di depan mata,” ungkap Greenpeace Indonesia lebih lanjut. Peristiwa tersebut menjadi bukti bahwa ternyata dampak krisis iklim tidak hanya akan terjadi di masa depan, namun juga sudah terjadi, sebab dampaknya sudah kita lihat dan rasakan. “Ini masalah serius, bukan lagi untuk masa depan, tapi sekarang, saat ini.” Greenpeace Indonesia menyerukan. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) beberapa bulan lalu telah menerbitkan laporan yang memuat beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengentaskan masalah global tersebut. Kami telah merangkum laporan IPCC perihal apa saja yang harus segera dilakukan untuk memerangi krisis iklim: SEBELUM TAHUN 2030, SEPARUH EMISI HARUS SEGERA DIKURANGIPercaya atau tidak, suka atau tidak, namun faktanya, masa depan umat manusia berada dalam fase kritis dan berbahaya hingga beberapa dekade ke depan.
Dalam Paris Agreement (baca: Perjanjian Paris), kita harus membatasi pemanasan global hingga 1,5°C dan emisi gas rumah kaca dunia harus berkurang paling lambat pada tahun 2025. Dengan kata lain, kita perlu memangkas emisi ini dimulai dari sekarang sebesar 43% sebelum tahun 2030 nanti. PEMERINTAH HARUS SEGERA BERHENTI MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR FOSIL Laporan IPCC dengan sangat tegas menyatakan bahwa kita mesti berhenti menggunakan bahan bakar fosil dengan maksud untuk mencapai target pengurangan emisi yang telah dicanangkan.Laporan IPCC itu juga mengatakan bahwa penggunaan energi wajib efisien dan mencari bahan bakar alternatif lain selain fosil. SEMUA LINI INDUSTRI, LEMBAGA PEMERINTAH & SWASTA, MAUPUN INDIVIDU DI SELURUH DUNIA MESTI BERGERAK Bunyi tersebut merupakan peringatan yang selalu terus-menerus ditekankan oleh IPCC. Dengan kata lain, IPCC selalu menegaskan bahwa semua elemen negara perlu mengambil tindakan progresif, radikal, dan substansial untuk memerangi krisis iklim ini.